Beautiful night.
Orel mengerjapkan matanya ketika merakan sentuhan di pipinya. Di depannya ada Rajendra yang sedang tersenyum padanya, laki-laki itu mengusap pipinya dengan lembut. Orel masih menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Karena tadi ia sempat tertidur saking mengantuknya.
“Kajen udah selesai?” tanya Orel.
Rajendra mengangguk, “udah, ayo pulang. Kamu udah ngantuk, kan?”
Orel mengangguk. Ia mengambil tasnya dan menyampirkannya ke bahunya. Ia memeluk lengan Rajendra, meletakkan kepalanya di bahu sang kekasih. Langkahnya terasa berat karena ia merasa sangat mengantuk. Rajendra terkekeh, membiarkan sang gadis menggandeng lengannya.
Untung saja Rajendra membawa mobil, jadi ia tidak akan kesusahan membawa Orel yang mungkin akan tidur di perjalanan. Rajendra membukakan pintunya dan menyuruh Orel untuk masuk ke dalam mobil. Gadis itu masuk ke dalam mobil dengan mata yang setengah menutup. Rajendra berlari mengitari mobil dan masuk ke tempat pengemudi.
Rajendra menyalakan sebuah lagu untuk menemaninya berkendara. Ia merasa kesepian karena Orel tertidur. Saat di lampu merah, Orel terbangun dari tidurnya.
“Loh, kok bangun?” tanya Rajendra, ia melirik Orel. Tangannya bergerak untuk merapihkan rambut Orel.
“Hng, ini dimana?” tanya Orel dengan suara seraknya, suara orang sehabis bangun tidur.
“Masih di lampu merah deket sekolah,” jawab Rajendra. “Padahal kalau kamu masih tidur, aku bisa bangunin kamu pas udah sampai rumah nanti.”
“Aku pengen sosis bakar, kak,” kata Orel.
Rajendra mengernyitkan keningnya, “tiba-tiba?”
Orel mengangguk, “gak tau, tiba-tiba pengen aja. Boleh, gak?” ia menatap Rajendra.
Rajendra mengangguk, ia kembali menatap ke depan dan menjalankan mobilnya saat lampu sudah berganti menjadi warna hijau.
“Boleh, berarti ini ke alun-alun, ya?” ucap Rajendra.
“Iya.”
Orel menunggu di dalam mobil, Rajendra sedang memesan sosis bakar untuknya. Padahal tadi Orel meminta untuk ikut turun, tapi Rajendra melarangnya. Katanya nanti ia bisa masuk angin. Akhirnya Orel hanya menunggu di dalam mobil.
Tak berselang lama, Rajendra kembali masuk ke dalam mobil dengan kantung plastik berisikan sosis bakar pesanan Orel. Orel menerimanya dengan senyum yang merekah. Orel langsung melahap sosis bakarnya. Rajendra yang melihatnya pun tersenyum gemas.
“Kajen, aaaaa.” Orel menyuruh Rajendra untuk membuka mulutnya. Rajendra menurut, ia membuka mulutnya lalu menggigit sosis bakar yang di berikan Orel.
“Makannya pelan-pelan aja, jadi belepotan kayak gini.” Rajendra mengusap ujung bibir Orel dengan ibu jarinya.
“Makasih,” kata Orel.
Keduanya terdiam. Orel menikmati sosis bakarnya, sedangkan Rajendra hanya memperhatikan Orel. Orel sudah menyuruh Rajendra untuk ikut makan dengannya, tapi laki-laki itu menolak. Memilih untuk memperhatikan Orel daripada ikut makan sosis bakar.
“Kamu kenapa cantik banget, sih?” ucap Rajendra.
“Kajen kenapa?” tanya Orel bingung.
“Gapapa, kamu cantik banget soalnya.”
“Kajen gombal mulu!”
“Aku gak lagi ngegombal.”
“Terus apa?”
“Lagu memuji pacarku yang cantik.”
“Tuh kan!”
“Beneran deh, ini gak gombal. Kamu beneran cantik, tau! Bunda juga cantik, sih.”
Lalu keduanya tertawa. Rajendra menghentikan tawanya, membuat Orel ikut berhenti tertawa. Keduanya saling bertatapan. Rajendra tersenyum, Orel juga ikut tersenyum. Rajendra meraih tangan Orel dan menggenggamnya dengan penuh kasih sayang. Keduanya masih saling bertatapan. Hingga akhirnya Rajendra mencium pipi Orel lalu segera memundurkan tubuhnya, seakan-akan tidak ada yang terjadi.
Orel tampak terkejut, ia mematung selama beberapa detik. Setelah ia tersadar, Orel lalu membuang muka ke jendela. Ia malu. Rajendra terkekeh, ia tau kalau Orel salah tingkah. Rajendra pun menjalankan mobilnya, mengantar Orel pulang.