Because I don't want you to get sick.
Rajendra menghampiri Orel yang berdiri di samping motornya. Gadis itu tampak murung, Rajendra tau kalau Orel ngambek padanya. Rajendra menghampiri Orel dan melilitkan jaketnya ke pinggang Orel. Membuat Orel terkejut dan menatap Rajendra dengan bingung.
“Kamu tembus,” bisik Rajendra lalu menjauhkan wajahnya.
Terlihat wajah Orel yang terkejut, Orel menghembuskan nafasnya. Rajendra tersenyum. Ia memakaikan helmnya ke Orel.
“Gak usah ngambek,” kata Rajendra lalu mencubit hidung Orel dengan gemas.
“Gak ngambek!” seru Orel.
“Masa, sih?” goda Rajendra.
“Berisik! Cepetan pulang,” ucap Orel dengan kesal.
Rajendra terkekeh, ia menyuruh Orel untuk naik ke motornya. Setelah itu keduanya keluar dari pekarangan sekolah. Keduanya menikmati angin yang berhembus. Sore-sore begini, angin terasa sejuk. Keduanya hanya diam selama perjalanan. Orel tidak mau berbicara karena ia marah dengan Rajendra. Laki-laki itu tidak memperbolehkan dirinya makan makanan pedas. Meski ia tau kalau laki-laki itu peduli dengan kesehatannya, tapi Orel sangat ingin makan makanan pedas.
“Kenapa diem aja?” tanya Rajendra dengan suara keras.
“Aku marah sama Kajen!”
“Marah kenapa?”
“Gak bolehin aku makan makanan pedes, padahal kan aku lagi pengen.”
“Ohh, gara-gara itu. Jangan ngambek dong, nanti aku sedih, nih!”
“Biarin!”
Rajendra tertawa, “kamu mau beli apa emangnya? Nanti aku beliin.”
Orel memajukan tubuhnya, mendekatkan wajahnya ke wajah Rajendra. “Beneran?”
Rajendra mengangguk, “tapi ada syaratnya.”
“Apa?” tanya Orel.
“Syaratnya gak boleh ngambek lagi. Gimana?” ucap Rajendra.
Orel terkekeh, “oke, deal. Habis ini beliin aku makaroni pedes.”
“Oke! Pegangan dong, nanti jatuh.”
Orel tersenyum, ia melingkarkan tangannya ke pinggang Rajendra. Memeluknya dengan erat dan menyenderkan kepalanya ke bahu Rajendra.
Kini keduanya baru selesai membeli makaroni pedas yang di inginkan Orel. Orel tersenyum senang karena Rajendra menepati janjinya.
“Masih ngambek, gak?” tanya Rajendra.
Orel menggeleng dengan cengiran di wajahnya, “enggak dong. Makasih, Kajen!”
“Sama-sama.” Rajendra tersenyum lalu mengacak rambut Orel dengan gemas.
Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju ke rumah. Orel memeluk pinggang Rajendra dengan perasaannya yang sangat senang. Rajendra diam-diam tersenyum saat melirik Orel dari kaca spion. Kekasihnya itu tampak sangat senang.
“Kamu tau gak kenapa aku tadi ngelarang kamu makan makanan pedes?”
“Kenapa?”
“Because I don't want you to get sick.”
“Aaaaaaa, pacarku gemes banget. Maaf ya, aku gak nurutin kamu.”
“Gapapa, sekali ini aja deh aku turutin kamu. Lain kali jangan, oke?”
“Tapi kalau aku pengen makan makanan pedes gimana?”
“Ya aku gak bolehin.”
“Terus nanti aku ngeyel aja deh~”
“Terus aku ngambek deh sama kamu.”
“Kok ngambek, sih?”
“Soalnya kamu bandel.”
“Ya udah deh aku gak bandel, biar kamu gak ngambek.”
Lalu keduanya tertawa bersama karena percakapan mereka. Orel semakin mengeratkan pelukannya. Ah, Rajendra selalu membuatnya senang. Hari ini dia merasa kesal padanya, lalu sekarang ia merasa senang karenanya. Rajendra selalu bisa membuat dirinya luluh. Maka dari itu, Orel sangat menyayangi Rajendra.