Because you are my priority.

Orel berbaring di atas tempat tidurnya dengan posisi memeluk lututnya. Perutnya sangat sakit karena ini adalah hari pertama dia datang bulan. Padahal tadi rasa sakitnya masih bisa ia tahan, namun sekarang rasa sakitnya semakin menjadi-jadi. Orel mengatur nafasnya. Berusaha untuk tenang. Keningnya sudah berkeringat, padahal Ac-nya menyala.

Klek

Suara pintu terbuka membuat Orel mengalihkan atensinya ke pintu kamarnya. Ada Rajendra dengan wajahnya yang terlihat lelah namun juga terlihat khawatir. Rajendra menghampiri Orel yang sedang kesakitan di atas kasur, laki-laki itu mengusap kening Orel dengan penuh kasih sayang.

Sakit banget, ya?” tanya Rajendra. Ah, ia salah. Tak seharusnya ia menanyakan itu. Karena sudah pasti jawabannya sangat sakit.

Orel mengangguk lemah, “huft, aku gapapa kok, kak. Sakit biasa ini.

Biasa apanya, kamu sampe keringetan gini,” ucap Rajendra. “Udah minum obat pereda nyeri?

Orel menggeleng, “kayaknya habis deh. Aku belum beli lagi.

Rajendra menghela nafasnya, “kenapa gak bilang? Kan tadi aku bisa beliin kamu, sayang.

Maaf,” lirih Orel.

Rajendra tersenyum, “gak usah minta maaf. Minum dulu air putihnya. Aku udah beliin kamu martabak.

Orel mengangguk menurut. Ia meminum segelas air putih yang di berikan Rajendra. Setelah itu ia membuka kotak martabak manis, ia mengambilnya satu potong dan memakannya dengan perlahan. Rajendra hanya memperhatikan Orel saja. Laki-laki itu menatap wajah Orel yang terlihat pucat dan menahan kesakitan. Rajendra meletakkan tangannya di atas tangan Orel yang sedang meremas perutnya.

Untung bang Manu bilang ke aku. Coba kalau gak bilang, pasti kamu nahan sakit sendirian,” ucap Rajendra. Ia mengusap bibir Orel yang terdapat cokelat dari martabak manis yang gadis itu makan.

Aku gak mau ganggu Kajen. Kan kamu habis rapat OSIS ... Pasti capek banget,” kata Orel dengan suara pelan.

Gak ganggu, Orel. Mau secapek apapun, aku bakalan tetep dateng buat nemenin kamu. Biar kamu gak kesakitan sendirian,” ujar Rajendra.

Orel hanya terdiam. Ia selesai memakan martabaknya. Sekarang ia menunggu Rajendra yang sedang mengambil air hangat untuk di kompreskan ke perutnya.

Rajendra itu memang sangat telaten. Setiap Orel datang bulan, Rajendra akan datang untuk menemani Orel. Ia menemani Orel sampai gadis itu tertidur dan tidak merasakan sakit lagi. Apabila Orel mengeluh sakit perut, maka Rajendra akan segera datang. Rajendra juga selalu membantu Orel dengan mengompres air hangat ke perut Orel, agar rasa sakitnya berkurang. Orel sangat bersyukur memiliki pacar seperti Rajendra.

Tidak lama kemudian, Rajendra datang baskom berisi air hangat dan juga ada handuk di tangannya. Rajendra duduk di tepi ranjang, ia memeras handuknya di air hangat.

Buka dikit aja bajunya, sampe perut aja,” titah Rajendra.

Orel mengangguk, ia membuka sedikit bajunya agar Rajendra mudah mengompres perutnya. Rajendra melakukannya dengan telaten. Dia sangat berhati-hati saat meletakkan handuknya di atas perut Orel.

Setelah mengompres perut Orel, Rajendra menemani Orel yang bersiap untuk tidur.

Kajen, sini tiduran di samping aku,” pinta Orel.

Badan aku bau, kan aku belum mandi,” ucap Rajendra.

Keringet kamu baunya wangi, kamu mandi pakai apa?” tanya Orel.

Rajendra terkekeh, “pakai sabun, lah.” lalu ia berbaring di samping Orel. Memeluk gadis itu dengan erat.

Rajendra mengusap pelan perut Orel, ia juga mengusap rambut Orel. Orel juga memeluk Rajendra dengan erat. Ia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Rajendra.

Kajen, aku ngerepotin banget gak sih pas lagi datang bulan?” tanya Orel.

Emmm, gimana, yaa?” Rajendra memasang wajah berpikir. Orel mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah sang kekasih.

Rajendra menatap Orel, “aku gak mau jawab. Nanti kamu ngambek.

Orel berdecak, “jawab aja! Atau aku ngambek beneran?

Rajendra terkekeh, “enggak kok. Kamu gak ngerepotin sama sekali. Malah kadang lucu aja kalau kamu ngambek gara-gara gak aku turutin kalau kamu pengen beli es.

Ya lagian kamu gak bolehin! Ya aku ngambek deh,” ucap Orel.

Gak boleh minum es, nanti sakit perut. Terus nanti batuk sama pilek,” kata Rajendra.

Kan sekali doang!

Iya, sekali minumnya. Tapi belinya berkali-kali.

Keduanya tertawa. Orel memainkan rambut Rajendra. Kini wajah keduanya sejajar. Keduanya saling bertatapan dengan senyuman di wajah mereka.

Kajen, lain kali kalau aku lagi kayak gini lagi, gak usah dateng. Apalagi malem-malem gini. Dan kamu habis rapat OSIS, pasti capek ...” lirih Orel.

Orel, aku gak pernah capek buat nemenin kamu. Aku kan udah bilang, kalau kamu kesakitan, aku bakalan nemenin kamu sampai kamu tidur. Aku gak bakalan biarin pacar aku nahan sakit sendirian. Kalau ada aku, kenapa enggak? Aku bisa nemenin kamu,” ucap Rajendra.

Kenapa mau nemenin aku?

Ya karena pengen aja.

Serius, Kajen!

Hahaha, iya-iya. Because you are my priority.

Orel tersenyum, begitupun dengan Rajendra. Rajendra mengusap rambut Orel dengan lembut. Ia menyuruh Orel untuk memposisikan dirinya dengan nyaman. Agar tidurnya nyenyak.

Nah, sekarang kamu tidur. Ini udah larut malem,” titah Rajendra.

Orel mengangguk, ia memakai selimutnya dan mulai memejamkan matanya. Rajendra mengusap rambut Orel, menyanyikan sebuah lagu agar Orel tertidur. Begitu dengkuran halus terdengar, Rajendra membenarkan selimut Orel. Laki-laki itu beranjak dari tempat tidur Orel. Ia mengecup sekilas kening Orel.

Selamat tidur, cantik. Have a sweet dream, sayangnya Kajen.