Bintang Itu Cantik

Kini keduanya masih berada di alun-alun, duduk di atas rerumputan sambil menikmati beberapa jajanan yang Orel beli.

Keduanya hanya terdiam, bingung untuk memulai obrolan. Orel hanya diam sambil melihat anak kecil yang sedang bermain tiup gelembung. Sedangkan Rajendra asik memandangi langit.

Kak, lo gak bosen apa diem mulu?” tanya Orel.

Rajendra menggeleng, “enggak. Gue bingung mau ngobrolin apa.

Apa aja, jangan diem dong. Gue bosen,” keluh Orel.

Bintang itu cantik,” ucap Rajendra.

Hah?” Orel menatap Rajendra dengan bingung.

Rajendra mengalihkan pandangannya ke Orel, ia tersenyum. Lalu kembali melihat ke arah langit. Tangannya terulur, menunjuk bintang-bintang yang bertebaran.

Tuh, liat deh. Bintang itu cantik,” kata Rajendra.

Orel mendongakkan kepalanya, ikut melihat bintang-bintang yang di maksud oleh Rajendra.

Bener, kak. Bintangnya cantik,” kata Orel.

Yang ngomong aja cantik,” gumam Rajendra dengan pelan.

Hah? Lo ngomong apaan?” tanya Orel.

Rajendra menggeleng, “bukan apa-apa. Mau pulang sekarang?

Orel mengangguk, “ayo deh, udah jam segini juga.

Nanti pulangnya beli martabak dulu,” ujar Rajendra.

Ia berdiri lalu menepuk belakang celananya karena sehabis duduk di rerumputan, begitupun dengan Orel.

Martabak buat siapa?” tanya Orel.

Buat bang Manu,” jawab Rajendra.

Ih, dia nitip ke lo? Atau maksa buat beliin?” tanya Orel.

Nitip doang, gapapa kok. Gue beliin ntar,” kata Rajendra.

Ih, gak usaahhh. Kak Manu tuh gak usah di ladenin kalau dia nitip,” ucap Orel dengan gerutuan.

Rajendra menatap wajah Orel yang sedang mengomel, laki-laki itu terkekeh.

Gapapa kali, itung-itung buat ucapan makasih karena udah izinin gue ngajak lo ke alun-alun,” ucap Rajendra.

Orel hanya diam mendengar ucapan Rajendra.

Minta izin ngajak gue ke alun-alun doang, kak. Bukan minta izin pacarin gue,” ucap Orel dalam hati.