Cafe

Keduanya masuk ke dalam cafe yang terkenal di Jakarta. Ini bukan pertama kalinya Aira datang ke sini, karena gadis itu sering datang ke sini bersama teman-temannya. Odey membawanya duduk di pojok, katanya sih biar kena AC.

“Lo tau cafe ini? Gue sering ke sini sama temen-temen gue,” tanya Aira.

Odey mengangguk, “Gua juga kadang ke sini.”

“Sendirian?”

“Iya, kadang sama temen-temen gua.”

Keduanya memesan minuman dan makanan ringan untuk teman mengobrol. Aira dan Odey berbincang sembari menunggu pesanan mereka datang. Banyak sekali topik yang mengalir di antara keduanya. Bahkan mereka tidak kehabisan topik sama sekali.

“Lo suka matcha gak?” tanya Aira ketika pesanan mereka datang. Ia memotong croissant miliknya dan melahapnya.

“Gak terlalu suka. Tapi, adek gua suka banget sama matcha,” jawab Odey.

“Lo punya adek?!” tanya Aira dengan antusias.

Odey menganggukkan kepalanya, “Punya dua adek. Satunya laki-laki udah kelas dua SMA, satunya perempuan kelas dua SMP.”

“Gue juga punya adek laki-laki, dia juga kelas dua SMA!”

“Oh, ya? Lucu dong. Pasti kalian akur.”

“Akur apanya?! Kita sering berantem tuh. Soalnya kadang dia nyebelin, meski gue yang banyak nyebelinnya.”

”Gitu-gitu lo sayang sama dia, kan?” Odey terkekeh.

Aira mengangguk, “Iya, sih.”

“Gua juga suka berantem sama adek gua yang laki-laki, dia nyebelin banget soalnya. Sukanya ngeledek gua, mana dia suka ngerepotin gua. Gitu-gitu gua juga sayang sama dia. Apalagi sama si bungsu. Dia anaknya gak pernah ngajak berantem, tapi, kalau sama Abang keduanya pasti berantem mulu.” Odey menceritakan tentang kedua adiknya sambil sesekali melirik Aira untuk melihat wajah gadis di depannya.

“Lucu banget! Kapan-kapan gue boleh ketemu gak?” tanya Aira.

Kenapa ini kesannya kayak kita udah deket banget, ya? Gapapa lah, gua seneng. Batin Odey.

“Boleh, kapan-kapan gua ajak ketemuan sama mereka deh.”

Yeay!

Odey tersenyum. Ia meminum kopinya perlahan. Sedangkan Aira, ia membenarkan posisi duduknya. Bersiap untuk mengatakan sesuatu pada Odey.

“Eh iya, sejak subuh tadi, gue resmi jadi Heliour!” seru Aira sambil bertepuk tangan.

Odey ikut bertepuk tangan, “Keren. Lo suka siapa?”

Suka gua, lah. Batin Odey dengan percaya diri.

“Gibran!”

Yah, pupus deh rasa percaya dirinya.

“Dia keren banget! Apalagi pas main gitarnya kemarin, duhhhh ... Nge-fans berat deh gue sama dia! Mana dia juga ganteng banget, kemarin dia sempet dadah ke gue tauuuu. Baik banget ya dia? Pasti dia friendly banget, kan?”

Odey mendengarkan dengan seksama kalimat demi kalimat yang diucapkan oleh Aira tentang temannya, Gibran. Sejujurnya Odey merasa kesal, entah hanya kesal atau cemburu karena Aira malah suka pada temannya. Tapi, Odey juga tidak memiliki hak untuk mengatur Aira untuk suka pada siapa.

“Gila yaaa, kapan-kapan gue mau ketemu sama dia deh! Mau foto bareng sama dia.”

“Jangan.”

“Eh? Emangnya kenapa? Ada larangan sama manager, ya?” tanya Aira heran.

“Enggak— Aduh, ya pokoknya jangan deh, Ai,” ucap Odey.

“Kenapa, sih? Kasih alasannya dong,” tanya Aira.

“Dia jelek.”

“Bau. Dia gak pake parfum kayak gua.”

“Gibran mandinya seminggu tiga kali doang.”

“Dia nyebelin, suka gangguin juga. Dia suka galau tuh, jangan mau sama dia.”

“Pokoknya jangan sama dia! Gak recommend banget nge-fans sama dia.”

Aira yang mendengarnya pun tertawa. Odey yang mendengar Aira tertawa pun keheranan. Kenapa gadis itu tertawa? Ah, rupanya Odey salah berbicara. Odey memejamkan matanya dan merutuki dirinya sendiri.

“Hahaha, aduh— Lo cemburu karena gue nge-fans nya sama Gibran? Ya ampun, Odey ... Padahal gue cuma nge-fans sama Gibran doang, loh.”

“Enggak.”

“Enggak apa?” tanya Aira sambil menaikkan kedua alisnya. Odey hanya diam tanpa menjawab pertanyaan Aira. Aira terkekeh, “Lagian lo juga keren kok! Gue juga bakalan dukung semuanya kali, termasuk lo. Cuma ya gitu, gue lebih condong ke Gibran aja.”

Odey menghela napasnya, “Terserah lo aja, sih. Lo mau nge-fans sama siapa aja juga gapapa.”

“Terus yang tadi tuh apa dong?”

“Bukan apa-apa, lupain aja.”

“Harusnya tadi gue rekam, sih.”

“Aiiiii.”

Aira tertawa, ia memegangi perutnya karena lelah tertawa. Odey yang tadinya cemberut langsung tersenyum ketika melihat Aira tertawa. Gadis itu tambah terlihat cantik ketika tertawa. Odey suka ketika Aira tertawa. Suara tawanya itu indah. Odey suka.