Celebration.
Sekarang Adira dan teman-temannya sudah berada di Yoshinoya. Mereka segera memesan beberapa menu yang di inginkan. Mahes juga berada di sana setelah Adira mengatakan kalau dirinya dan Javiro akan mentraktir teman-temannya.
“Gue masih kaget, anjing,” ucap Kamala.
Edrea mengangguk setuju, “bisa-bisanya nyembunyiin 6 bulan.”
“Lo tau, Hes?” tanya Adam ke Mahes. Mahes mengangguk, semuanya sontak menatap Javiro dan Adira.
“Wah parah, masa kita doang yang gak di kasih tau,” kata Kamala. Ia menggelengkan kepalanya tidak percaya.
“Lebay, orang-orang juga gak tau. Bukan kalian doang yang gak tau anying,” ujar Javiro.
Mereka menghentikan obrolan dan lanjut makan makanan yang sudah berada di hadapan mereka. Semuanya makan dengan lahap karena ini gratis. Siapa juga yang tidak senang dengan makanan gratis? Mereka mengambil kesempatan ini sebagai pajak jadian Adira dan Javiro. Tapi mereka juga ingin merayakan karena Adira dan Javiro berpacaran.
“Sana pulang,” usir Adira setelah turun dari motor Javiro.
“Lah, kok ngusir?” Javiro mengernyitkan keningnya.
“Rumah lo sebelah rumah gue, ya gue usir dong,” kata Adira sambil menyengir.
Javiro terkekeh, ia mengacak-acak rambut Adira. Membuat rambut Adira menjadi berantakan, Adira langsung memukul lengan Javiro karena telah membuat rambutnya berantakan. Javiro pergi ke rumahnya untuk memarkirkan motornya. Adira kira Javiro akan masuk ke rumahnya, makanya gadis itu berniat untuk masuk ke dalam rumahnya. Namun tiba-tiba Javiro merangkulnya dan ikut masuk ke dalam rumahnya.
Kini keduanya berada di kamar Adira. Javiro sedang berbaring di kasur Adira padahal ia bau keringat. Adira sedang menarik Javiro untuk bangkit dari kasurnya. Gadis itu mengomeli Javiro yang tidak mau beranjak dari kasurnya.
“Minggir, anjing! Badan lo bauuu, Jav. Minggir sana. Nanti kasur gue bau keringet lo,” omel Adira dengan tangan yang masih bersusah-payah menarik lengan Javiro.
“Duhh, bentar dong. Gue pengen rebahan,” kata Javiro.
Adira berdecak, ia mengambil gulingnya lalu memukulkannya pada Javiro. Sehingga Javiro langsung duduk dan menahan guling yang di pegang Adira. Ia menatap Adira kesal.
“Bocil tenaganya kuat banget, heran,” lirih Javiro.
“Bocil mata lo! Gue udah jadi mahasiswi!” seru Adira tidak terima. Ia meletakkan kembali gulingnya dan pergi ke lemari bajunya untuk memilih baju yang akan ia pakai, karena ia akan pergi mandi.
“Bocil, bocil, bocil. Bocilnya gue, gemes banget buset dah,” oceh Javiro.
Adira membalikkan badannya, ia langsung berhadapan dengan dada Javiro yang berada di depannya. Ia mendongak untuk menatap Javiro, alisnya bertautan. Ia mendorong tubuh Javiro agar menyingkir dari hadapannya.
“Minggir, ih! Gue mau mandi,” ucap Adira.
“Peluk dulu dong sini.” tanpa aba-aba, Javiro langsung memeluk Adira dengan erat. Gadis itu hanya diam tak memberontak di pelukan Javiro.
Tiba-tiba–
“Akh!” Javiro langsung melepaskan pelukannya setelah merasakan bahunya di gigit. Ia menatap Adira yang tertawa lalu melarikan diri ke kamar mandi.
Bunyi pintu terkunci terdengar, Javiro menggelengkan kepalanya melihat tingkah kekasihnya. Ia terkekeh, laki-laki itu berjalan mengambil tasnya dan pergi ke kamarnya lewat balkon kamar Adira. Ia juga akan pergi mandi, baru setelah itu ia akan kembali ke kamar Adira setelah mandi.