Do what you want, I don't care.

Setelah mendapat pesan demikian dari Killa, Aksara menatap teman-temannya yang sudah bersiap-siap untuk menyerang Bara dan kawan-kawan. Aksara menghela napasnya sejenak. Dia tidak mau menjadi ketua yang cupu hanya karena ancaman putus dari sang kekasih. Namun, Aksara juga tidak mau kehilangan Killa yang sudah menjadi alasannya untuk tetap hidup.

Aksara berjalan mendekati Reza yang sedang memanaskan motornya. Reza menolehkan kepalanya ketika menyadari Aksara berada di sampingnya, laki-laki itu menyadari raut wajah temannya yang terlihat bimbang. Reza turun dari motornya dan berdiri di samping Aksara. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana seragamnya, kaos putih yang ia pakai dibiarkan keluar dari celana seragamnya dengan baju seragamnya yang ia buka semua kancingnya. Rata-rata semuanya berpakaian demikian, atau hanya ditutupi leather jacket berwarna hitam.

“Lu kenapa?” tanya Reza sambil bersidekap dada, menatap Aksara yang sedari tadi tidak bergeming.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Reza, Aksara menyerahkan ponselnya kepada Reza. Membiarkan temannya membaca semua pesannya dan Killa. Reza membaca dengan seksama pesan dari keduanya, kemudian terkekeh. Reza mengembalikan ponselnya pada sang empu.

“Killa udah ngancem lu putus, artinya dia udah capek liat lu berantem mulu,” ucap Reza. “Mending lu ke rumah Killa aja.” Ia berjalan beberapa langkah mendekati motornya.

Aksara mengusap wajahnya kasar, “ntar si Baranjing ngatain gua ketua cupu.”

Reza tergelak dengan perkataan Aksara, membalikkan tubuhnya dan menatap Aksara dengan tawanya yang masih mengudara. “Kagak, goblok. Kita gak usah dateng aja. Biarin dikatain cupu, lagian mereka kayak anak kecil aja mau bales dendam,” ucap Reza.

“Gak jadi, nih? Gua ke rumah Killa kalau gitu,” kata Aksara. Berjalan mengambil tas dan juga jaketnya, menghampiri motornya yang masih terparkir rapi di warung milik Bi Ina.

Yang lain menatap Aksara keheranan karena ketua mereka hendak pergi entah kemana. Mereka hanya memperhatikan gerak-gerik Aksara yang sudah akan bergegas pergi.

“Gak usah nyerang mereka, kapan-kapan aja,” ucap Aksara.

“Kenapa lu?” tanya Kale.

“Ceweknya ngancem mau putusin dia,” sahut Reza. Sontak mereka tertawa mendengarnya.

“Udah gua bilang, sama ceweknya aja langsung menciut,” ejek Raden.

“Sialan,” desis Aksara. Dia langsung menjalankan motornya, meninggalkan area warung belakang sekolahnya dan pergi ke rumah Killa. Dia akan membuktikan pada Killa kalau dirinya tidak jadi menyerang sekolah sebelah.


“Kak Killa, ada bang Aksa tuh di depan,” teriak Aji dari luar kamar Killa. Dia baru saja pulang dari sekolah sehabis melakukan ekstrakulikuler.

Killa mengerutkan keningnya. Sekarang ini ia sedang berada di kamarnya, tidak tahu apa tujuan Aksara datang ke rumahnya. Killa berjalan ke jendela kamarnya, melongokkan kepalanya ke bawah. Benar kata Aji, ada Aksara di bawah.

Lambaian tangan dari Aksara di bawah sana membuat Killa mendengus. Gadis itu langsung menjauhi jendela kamarnya dan keluar menemui Aksara yang kini sedang berbincang dengan sang Mama.

“Kamu ngapain di sini?” tanya Killa tanpa basa-basi, menatap Aksara dengan ogah-ogahan. “Gak jadi nyerang?”

Aksara menghela napasnya, menarik Killa untuk duduk di kursi yang berada di teras rumah Killa. Aksara berjongkok di hadapan Killa, kedua tangannya bertumpu pada kursi yang diduduki Killa. Menatap Killa yang tidak mau menatapnya dan malah menatap ke arah lain.

“Aku gak jadi nyerang mereka,” ucap Aksara. Matanya menatap lurus ke Killa, masih berusaha untuk membuat Killa menatapnya. “Aku nurutin kata kamu, aku gak mau putus dari kamu. Jangan putus, ya? Aku gak bisa kalau harus putus dari kamu.”

Hening.

Tidak ada pembicaraan lagi setelahnya. Killa masih terdiam tanpa menjawab kata-kata Killa. Aksara mengusap wajahnya kasar, membuat Killa menarik perhatian padanya. Ditatapnya wajah Aksara di hadapannya. Killa sebenarnya juga merasa tidak rela kalau harus menyelesaikan hubungan dengan Aksara. Putus hanyalah ancaman untuk Aksara agar laki-laki itu tidak bertengkar lagi.

Aksara itu lemah. Ya, dia lemah jika menyangkut tentang Killa. Apapun tentang Killa, maka Aksara akan lemah. Jika ada orang yang menyakiti Killa, maka orang itu akan berurusan dengan Aksara. Satu dari sekian banyaknya yang harus dilakukan Aksara untuk Killa adalah menjaga dan melindungi gadis itu dengan baik-baik. Aksara tidak mau gadisnya terluka sedikitpun.

“Berdiri, Sa. Kamu gak capek jongkok terus?” tanya Killa yang akhirnya mengeluarkan suaranya.

Aksara yang sedang menunduk pun langsung mengangkat kepalanya, lantas menggeleng pelan. “Enggak,” jawabnya.

“Berdiri.” Killa menarik lengan Aksara. Keduanya berdiri dan saling bertatapan untuk selang waktu yang lama.

“Jangan putus, Kil. Aku gak bisa jauh dari kamu,” ucap Aksara lirih.

Killa terkekeh, “iya, Aksa. Gak bakalan putus.”

“Beneran?” tanya Aksara. Killa menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Ayo, kita keliling Bandung sebelum malam datang. Kita ke Braga,” ajak Aksara.

“Mau ngapain?” tanya Killa bingung.

“Pacaran, lah. Ngapain lagi emang? Mau, gak?” jawab Aksara sambil menaik-turunkan kedua alisnya.

Killa menautkan kedua alisnya, memasang pose berpikir yang mana membuat Aksara merasa gemas dengan dirinya. Kemudian Killa mengangguk, senyum dari Aksara sontak terbentuk di wajahnya.

“Nah, yuk deh kalau gitu. Pamit dulu sama Mama,” ucap Aksara.

Killa memanggil sang Mama, Aksara berpamitan untuk membawa putri mereka pergi untuk sekedar mengelilingi Braga. Aksara memberikan jaketnya pada Killa, gadis itu langsung memakainya. Jaket yang terlihat kebesaran di tubuh Killa. Aksara tertawa gemas melihat tubuh Killa yang tenggelam di jaketnya.

“Pegangan atuh, neng,” ucap Aksara sambil melirik Killa yang duduk di belakangnya.

Killa terkekeh, kemudian memeluk pinggang Aksara. “Udah, a’.”

Aksara tertawa pelan, menjalankan motornya pergi ke Braga untuk sekedar membawa Killa berkeliling atau membeli apapun yang Killa inginkan di sana. Sebelum malam datang, mereka ingin menikmati waktu berdua tanpa ada gangguan siapapun. Biarkanlah sepasang kekasih itu menikmati waktunya.