Don't hurt yourself, okay?
Aksara kembali dengan nampan berisikan pesanan makanan yang tadi ia pesan. Ia duduk di hadapan Killa, memberikan satu paket makanan untuk Killa tanpa berkata-kata apapun. Killa segera memakannya dengan perlahan. Gadis itu tampak enggan untuk bertatapan dengan Aksara karena aura laki-laki itu terlihat tidak mengenakkan. Tidak ada perbincangan apapun dari keduanya, masing-masing sibuk menikmati makanannya.
Selesai makan pun, Aksara hanya fokus bermain ponsel. Sedangkan Killa sedang berusaha mencari topik yang tepat untuk dibicarakan dengan Aksara. Gadis itu memegang erat roknya, menggigit bibir bawahnya, dan matanya yang terlihat melirik ke arah lain.
“Aksa,” panggil Killa dengan suara pelan.
“Hm.” Laki-laki itu hanya membalas dengan deheman, bahkan tidak menatap Killa sama sekali.
“Aksa, kamu marah sama aku?” Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut gadis itu.
Baru lah Aksara mendongakkan kepalanya, menatap Killa yang kini menatapnya dengan takut-takut. Aksara memajukan tubuhnya, meletakkan ponselnya di saku celananya. Ia menatap Killa dengan dalam, Aksara belum mengeluarkan suaranya sama sekali.
“Aksa ....”
“Aku enggak marah,” ucap Aksara.
“Terus kenapa kamu diem aja?” tanya Killa.
“Aku cuma kesal aja lihat tangan kamu,” balas Aksara sambil mendengus. “Aku gak suka, Killa. Kemarin kamu udah janji buat gak ngelakuin itu lagi.”
“Aku terpaksa,” ucap Killa.
“Terpaksa, gimana? Kamu emang niat buat kayak gitu lagi, kan? Itu niat kamu, bukan karena terpaksa,” ujar Aksara.
“Nggak gitu, Sa. Aku emang kemarin capek aja, aku gak bisa apa-apa selain ulangin itu lagi,” jelas Killa.
“Kamu bisa nangis, kamu bisa teriak, kamu bisa manggil aku buat nemenin kamu. Enggak dengan cara yang salah kayak gini. Ini tuh malah bikin tubuh kamu luka, Killa,” ucap Aksara sembari menghela napasnya sejenak.
“Maaf,” cicit Killa sambil menundukkan kepalanya.
“Buat apa minta maaf sama aku? Minta maaf sama diri kamu sendiri,” kata Aksara.
Killa terdiam. Memang benar apa yang diucapkan Aksara. Ia harus meminta maaf pada dirinya sendiri karena telah melukai tubuhnya dan menyiksa dirinya sendiri. Seharusnya Killa bisa berdamai dengan dirinya sendiri dan tidak melakukan hal bodoh yang sudah dilarang berkali-kali oleh kakak, adik, dan kekasihnya. Dan seharusnya Killa tahu kalau melakukan hal itu bukanlah hal yang benar untuk meluapkan rasa stress-nya dan rasa lelahnya. Banyak cara dan banyak hal baik lainnya yang bisa ia lakukan untuk meluapkannya. Namun, Killa memilih hal yang salah.
“Iya, maaf,” ucap Killa.
“Don't hurt yourself, okay? Jangan gitu lagi, aku gak suka. Abang sama Adik kamu pasti juga gak suka,” ujar Aksara.
Killa menganggukkan kepalanya, Aksara tersenyum. Ia mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Killa. Killa mendongakkan kepalanya, ia mendapati Aksara yang tersenyum ke arahnya. Gadis itu tersenyum kecil.
“Yuk, kita pulang sekarang. Jangan sedih lagi, aku di sini sama kamu,” ucap Aksara.
“Makasih,” ucap Killa.
Keduanya keluar dari sana dan segera pulang. Di bawah langit berwarna jingga di Kota Bandung, keduanya saling tersenyum dan menggenggam satu sama lain. Killa dan Aksara saling memberikan kenyamanan dan kekuatan untuk diri mereka masing-masing. Hidup mereka itu sulit, penuh duka, dan menyakitkan. Namun, mereka berusaha untuk tetap tegar dan selalu ada untuk sama lain. Menguatkan satu sama lain dan memeluk satu sama lain.