Dufan.

Sekarang keduanya sedang mengantri untuk menaiki salah satu wahana, yaitu kora-kora. Ide pergi ke Dufan adalah ide Orel, Rajendra hanya menurutinya saja. Sebenarnya ia takut untuk menaiki wahana esktrem, ia bisa muntah-muntah karena Rajendra tidak terbiasa. Tapi demi Orel, ia akan mengiyakan semua yang Orel mau.

Sekarang giliran mereka berdua dan barisan di belakang mereka yang naik. Rajendra bisa merasakan jantungnya yang berdegup kencang, wajahnya pucat, ia berusaha untuk menetralkan detak jantungnya. Ia menatap Orel yang sangat antusias. Rajendra meremas tangannya yang sudah keringat dingin.

Hitungan mundur sudah terdengar. Rajendra berdoa agar ia selamat dan tidak muntah setelah permainan ini selesai.

Setelah permainan sudah selesai, ternyata Rajendra merasakan pusing dan dia hampir muntah. Orel langsung kelabakan, ia mencari kantong plastik bersih untuk Rajendra yang sudah tidak sanggup dan akhirnya ia muntah. Orel memijat tengkuk Rajendra dengan pelan, wajahnya terlihat khawatir. Orel merasa bersalah karena telah mengajak Rajendra pergi ke Dufan.

“Kajen, kita pulang aja deh. Kamu muntah kayak gini, aku gak tega,” ucap Orel lalu memberikan sebotol air mineral pada Rajendra.

Rajendra meneguknya hingga tersisa setengah, ia menatap Orel yang sedang menatapnya dengan wajah khawatir. “Gapapa, sayang. Kamu lanjut main aja, aku tungguin.”

“Ah, gak seru kalau sendirian. Makanya udahan ajaa, kita cari tempat lain, gimana?” usul Orel.

Rajendra mengangguk, “ya udah, ayo deh. Kita ke Ancol aja, mau?”

Orel mengangguk, “mau!” serunya dengan antusias.

Rajendra tersenyum, ia mengacak pelan rambut Orel. Membuat sang gadis cemberut. Rajendra tertawa, ia menarik Orel mendekat padanya dan merangkul bahu Orel. Orel memeluk Rajendra dari samping. Keduanya keluar dari area Dufan dan segera pergi ke Ancol.