Fiancé.
Kini kedua keluarga tersebut sudah berada di salah satu restoran yang ada di Jakarta. Jiwa memesan ruangan VIP agar mereka lebih leluasa mengobrol tanpa ada kebisingan dari dalam restoran dan agar tidak terganggu. Mereka sedang mengobrol sambil menikmati makanan. Karena mejanya melingkar, posisi duduknya ada Jiwa-Kaira-Rajendra-Arnold-Nadira-Orel-Manuel.
“Rajendra mau kuliah dimana, nih?” tanya Arnold.
“Rencananya mau kuliah di luar negeri, Yah. Tapi belum tau, sih. Masih rencana,” jawab Rajendra.
“Widih, anak gue di ajak LDR dong,” kata Arnold. Rajendra terkekeh mendengarnya.
“Baru rencana, sob. Belum tau bakal di terima apa enggak. Kalaupun di terima, gapapa lah ya Orel di ajak LDR?” ucap Jiwa lalu menatap Orel, Orel hanya mengangguk.
“Jadi, gimana, nih, Jiw? Rencana kita sebelumnya jadi apa enggak?” tanya Arnold pada Jiwa. Membuat Rajendra dan Orel mengerutkan keningnya bingung karena tidak paham dengan arah pembicaraan mereka. Kaira, Nadira, dan Manuel hanya bisa tersenyum melihat Rajendra dan Orel yang kebingungan.
“Jadi, lah. Udah di siapin dari kemarin-kemarin masa kagak jadi,” ucap Jiwa. Lalu ia menatap anak semata wayangnya dan menatap Orel bergantian, “kalian udah cocok banget. Kami juga merasa ada kecocokan di antara keluarga kita. Jadi, kita mau Rajendra sama Orel naik ke tingkat yang lebih serius.”
Rajendra dan Orel yang mendengarnya pun terkejut. Jadi ini kejadian tak terduga yang di maksud Orel. Orel sangat tidak menyangka kalau inilah kejadian yang ia duga. Rajendra menatap Orel yang juga menatapnya, laki-laki itu tersenyum ke arah gadisnya.
Rajendra mengangguk, “kalau boleh, sih, aku mau, Yah. Mungkin tunangan dulu gitu, kan?”
Jiwa mengangguk, “iya, tunangan aja dulu. Kalau Orel, gimana? Setuju?” Jiwa menatap Orel, menunggu jawaban dari kekasih anaknya.
“I-itu aku ngikut aja, sih,” jawab Orel dengan gugup. Nadira mengusap bahu Orel agar anaknya tidak gugup.
“Nah, kalau gini kan gampang. Ya udah, yuk tuker cincin.” Jiwa mengeluarkan dua kotak yang berisikan cincin yang sudah mereka beli beberapa hari yang lalu. Bermodalkan dengan mengukur ukuran jari anak mereka secara diam-diam.
Jiwa menyuruh Rajendra dan Orel untuk berdiri berdampingan. Kaira memberikan salah satu cincin pada Rajendra dan menyuruhnya untuk memasangkan di jari manis Orel. Begitupun sebaliknya. Setelah tukar cincin, mereka bertepuk tangan dengan wajah penuh kebahagiaan.
“Nah, sekarang udah resmi tunangan. Baru tunangan, loh. Belum nikah. Jangan macem-macem dulu,” ucap Nadira. Bermaksud untuk menggoda Orel dan Rajendra.
“Bundaaaa,” rengek Orel karena di goda oleh Bundanya sendiri. Mereka tertawa dengan tingkah Orel yang sangat menggemaskan.
“Bisa pamerin ke anak-anak,” bisik Rajendra.
“Ngapain pamer?”
“Biar mereka tau kalau kita udah tunangan. Jadi, gak ada yang ganggu kamu. Karena kamu punya aku.”