Hello again.
“Gak usah di makan, Jav. Mata lo udah berkaca-kaca ituu,” ucap Adira pada Javiro yang tetap memaksa untuk menghabiskan ayam geprek milik Adira yang tidak habis.
“Gapapa, kecil ini mah. Gue udah biasa makan pedes kayak gini,” kata Javiro.
“Gaya lu, waktu itu aja makan bakso mercon nangis-nangis kepedesan,” ejek Adira.
Javiro berdecak, “gak usah di ingetin lagi napa, sih?” Adira hanya tertawa mendengar perkataan Javiro.
Saat mereka sedang asik mengobrol, suara seseorang menyapa indera pendengaran mereka. Suara yang tidak asing di telinga Adira. Suara yang dulunya selalu mengisi hari-harinya, sekarang menjadi asing. Suara yang sudah lama tidak Adira dengar. Adira melirik Javiro, begitupun dengan Javiro yang melirik Adira.
“Hai, kalian udah lama di sini?” tanyanya.
“Oi, Jinan. Udah daritadi, sih. Ini mau pulang,” jawab Javiro.
Jinan tersenyum, ia melirik ke Adira yang menundukkan kepalanya. Jinan tau kalau Adira tidak ingin melihatnya. Padahal Jinan sangat merindukan gadis itu.
“Adira? Apa kabar? Udah lama kita gak ngobrol kayak gini,” ucap Jinan. Ia berusaha mengajak Adira mengobrol.
Javiro menatap Adira, ia mengusap lengan sang gadis. Membuat sang empu mendongakkan kepalanya. Adira tersenyum sekilas pada Jinan. Ah, Jinan juga merindukan senyuman gadis itu.
“Gue baik, Ji. Lo gimana? Everything okay?” balas Adira.
“Yea, everything is fine ...” lirih Jinan.
Kini mereka saling terdiam, atmosfer di antara mereka sudah tidak enak lagi. Javiro yang menyadari gerak-gerik Adira yang terlihat tidak nyaman pun langsung memecah keheningan diantara mereka.
“Eh, balik dulu ya, bro. Udah mau sore, nih. Kita juga udah selesai makan,” ucap Javiro. “Ayo, Dir.”
Adira mengangguk. Gadis itu mengambil tasnya dan tersenyum pada Jinan, ia berjalan mendahului Javiro keluar tempat makan ini. Javiro tersenyum pada Jinan dan menepuk bahu Jinan dua kali. Jinan membalas senyuman Javiro, ia memperhatikan Javiro dan Adira yang saling berhadapan. Adira yang tertawa karena Javiro yang sedang memasangkan helm padanya. Dulu Jinan yang melakukan, sekarang posisinya sudah tergantikan. Jinan sadar kalau Adira bukan miliknya lagi. Tanpa sadar, Jinan menitikkan air matanya.
“Ra, semuanya gak baik-baik sejak lo putusin gue. Tapi, gue seneng liat lo ketawa kayak gini. Be happy, Ra.” Jinan melambaikan tangannya ketika Javiro menatapnya dan Adira hanya melihatnya sekilas.