His family

Anora duduk di dekat Nathan dengan degup jantung yang berdetak kencang. Tangannya sudah berkeringat dingin. Ia tersenyum ke arah Mama dan Papa Nathan. Mereka sangat baik, menyambut Anora dengan kehangatan. Anya mengajak Anora mengobrol seputar memasak, baju, dan hal-hal berbau perempuan. Gabrian juga mengajak Anora berbincang tentang Nathan. Mereka juga menunjukkan album masa kecil Nathan. Semua foto-foto Nathan saat bayi dan balita ada di sana. Mereka merangkapnya menjadi sebuah memori di album foto.

“Nael tuh dulu bandel banget. Kalau disuruh jangan lari, dia bakalan lari makin kenceng. Dia juga suka jahilin temennya sampai nangis, terus Mama yang gelagapan deh. Dianya malah ketawa-ketawa aja,” ucap Anya.

Anora tertawa, “Sebandel itu, Ma? Terus apa lagi?”

“Dia kalau ngompol gak mau ngaku, padahal jelas-jelas itu kasurnya dan dia tidur sendirian. Katanya kucing yang pipis di kasurnya.”

Anora tergelak mendengar cerita Nathan yang berumur lima tahun. Nathan juga tertawa kecil mengingat masa kecilnya. Ya, seperti kata Mamanya, dia sangat bandel dan nakal saat masih kecil.

“Tapi, gitu-gitu dia suka bantuin Papa berkebun. Dia juga bantuin Mamanya masak,” sahut Gabrian. “Tapi, harus dikasih upah,” lanjutnya kemudian tertawa. Anya dan Anora pun ikut tertawa.

“Bercanda, Nael kalau bantuin tuh ikhlas. Gak pernah minta imbalan uang atau apa pun,” ucap Gabrian.

“Nael kan baik, jadinya gak minta imbalan,” sahut Nathan.

“Eh, pernah tuh sekali pas kamu nemenin Papa dinner bisnis. Kamu minta dibeliin mobil-mobilan pulangnya, katanya karena kamu udah nemenin Papa,” kata Gabrian.

“Kan cuma sekali, Pa. Habis itu enggak,” ucap Nathan sambil cemberut.

“Kamu cemberut gitu apa gak malu sama pacarmu?” tanya Anya.

“Ngapain malu? Biasanya juga kayak gitu ke Anora,” jawab Nathan. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Anora dan memainkan jari-jari tangan Anora.

Anora tersenyum canggung. Nathan ini berani sekali bertingkah seperti ini di depan orang tuanya. Rasanya ia ingin memukul Nathan detik itu juga karena Anora malu.

“Walah, ternyata dia juga manja sama kamu, ya, nak?” tanya Anya ke Anora.

Anora mengangguk, “Nathan suka ngambek, Ma. Dia juga suka ngadu ke aku, haha.”

“Kapan aku ngadu ke kamu?” tanya Nathan dengan alis bertautan.

“Waktu es krim kamu jatuh gara-gara kaget denger kucing berantem, terus kamu ngadu ke aku. Muka kamu tuh cemberut gitu, terus—”

“Sayang, jangan dilanjutin, ih! Malu.”

“Ngapain malu? Kan mereka orang tua kamu, gapapa dong.”

“Tetep aja malu.”

Anya dan Gabrian hanya tertawa melihat keduanya. Ternyata anak laki-laki satu-satunya bisa menjadi anak manja, bawel, dan suka ngambek sama perempuan yang tak lain adalah kekasihnya. Dua puluh tiga tahun mereka melihat anaknya tumbuh menjadi anak yang baik dan pintar, kini anaknya sudah memiliki rumah lain selain keluarganya sendiri.