I love you
cw // kissing , kiss
Brak
Killa tersentak ketika mendengar suara pintu didobrak. Gadis itu melangkahkan kakinya keluar dari kamar, maniknya melihat Aksara yang datang dengan napas terengah-engah. Laki-laki itu memberikan bingkisan yang berisi croissant yang ia inginkan. Killa tersenyum senang, ia melangkahkan kakinya ke sofa dan duduk di sana. Aksara mengikutinya dan duduk di samping gadis itu.
“Kamu cepet banget?” tanya Killa terheran-heran. Pasalnya gadis itu baru meminta dibelikan croissant beberapa menit yang lalu, Aksara juga bilang kalau laki-laki itu sedang ada urusan dengan temannya. Namun, Aksara kembali lebih cepat diluar dugaannya.
Aksara melirik Killa yang sedang melahap croissant hingga bibirnya terdapat remahannya, tangannya terulur untuk membersihkan sisa remahan yang berada di pinggir bibir Killa. “Takutnya kamu lagi pengen banget makan croissant sekarang, makanya aku buru-buru,” jawab Aksara.
“Padahal tadi aku bilang gak usah buru-buru juga gapapa,” ucap Killa.
“Tapi, kamu nyuruh buat cepetan,” sahut Aksara. Ia menyandarkan kepalanya di bahu sang kekasih.
Killa terkekeh, “gak secepat ini juga, Aksa.”
Aksara tertawa, “biar kamu bisa makan sekarang.”
Hening.
Killa masih sibuk menghabiskan croissant yang dibelikan Aksara. Sesekali gadis itu juga menyuapi kekasihnya. Keduanya tidak berbicara lagi setelah obrolan tadi. Aksara juga hanya terdiam sambil bersandar di bahu Killa, laki-laki itu memejamkan matanya. Kemudian ia membuka matanya ketika Killa menyuruhnya untuk menyingkir dari gadis itu. Killa beranjak dari duduknya dan pergi ke dapur untuk mengambil minuman, kemudian ia kembali lagi dengan segelas air putih di tangannya.
Killa segera meneguk air putih di tangannya hingga tersisa setengah gelas. Aksara merebut gelas yang dipegang Killa, kemudian meminum sisanya hingga tandas. Killa nampak terkejut karena itu adalah gelas yang habis ia gunakan untuk minum. Mereka memang sudah biasa seperti ini, namun tetap saja Killa masih merasa terkejut. Gadis itu tampak canggung sendiri, Killa ingin pergi ke kamarnya sekarang karena suasana yang tiba-tiba menjadi dingin.
“Mau ke mana?” tanya Aksara dengan suara seraknya.
Killa meneguk ludahnya dengan susah payah, “ke kamar. Mau gosok gigi, habis itu tidur.”
“Jangan lama-lama,” ucap Aksara.
Killa mengernyitkan keningnya, “dih, emang mau ngapain?” tanyanya tak paham.
Aksara mengangkat sebelah alisnya, “kissing of course.” Ah, sepertinya Killa baru ingat. Gadis itu langsung buru-buru pergi ke kamarnya, meninggalkan Aksara yang masih diam di tempat sambil terkekeh karena melihat tingkah lucu Killa yang membuatnya gemas.
Suara ketukan pintu terdengar, membuat Killa mau tak mau harus bangkit dari kasurnya dan membukakan pintu. Terpampang Aksara dengan wajah mengantuknya berdiri di depan pintu kamarnya. Laki-laki itu langsung memeluk Killa hingga membuat gadis itu hampir terhuyung ke belakang. Aksara memeluknya dengan erat, membuat Killa kewalahan.
“Aksa, ih! Berat!” seru Killa.
“Bentar aja,” bisik Aksara.
“Ini mau berdiri gitu? Capek,” ucap Killa.
Akhirnya Aksara melepaskan pelukannya, ia tiduran di samping Killa. Laki-laki itu memeluk Killa dari samping. Killa terkekeh, ia mengusap rambut Aksara yang mulai memanjang. Padahal Killa sudah menyuruh Aksara untuk memotong rambutnya, namun Aksara selalu saja menundanya. Tentunya dengan berbagai alasan yang sudah Killa hapal di luar kepala.
Aksara mengangkat kepalanya, ia menatap Killa yang juga menatapnya. Laki-laki itu tersenyum, ia mensejajarkan wajahnya dengan wajah Killa. Kini wajah keduanya sudah sejajar. Aksara mengusap perlahan pipi Killa, maniknya tidak luput dari pandangan ke arah Killa. Killa yang ditatap seperti itu langsung gelagapan. Ia langsung teringat kejadian tadi. Killa berusaha untuk tidak menatap Aksara, karena hal itu akan membuat jantungnya terus berdetak dengan kencang.
“Can I have my kiss now?” tanya Aksara dengan suara pelan.
“Sa ....”
“Kalau gak mau, ya gapapa. Aku gak bakal maksa kamu, Killa,” ucap Aksara.
“Even if I say no, you will still kiss me,” ucap Killa.
Aksara terkekeh mendengarnya, “of course.” Tangannya mengusak surai milik Killa yang beberapa helainya menutupi mata cantik kekasihnya, “kan tadi kamu yang minta.”
“Iya, sih. Tapi, kan—”
Tanpa aba-aba, laki-laki langsung mencium Killa tepat di bibir. Menyela ucapan Killa yang belum selesai, membuat Killa langsung menutup matanya. Aksara mengusap pipi Killa dengan ibu jarinya ketika bibirnya mulai melumat bibir Killa dengan perlahan. Matanya juga ikut terpejam mengikuti permainan. Killa meremat kaos Aksara, matanya terpejam dengan erat. Keduanya menikmati ciuman yang berlangsung begitu saja. Killa memukul pelan dada Aksara ketika merasakan pasokan oksigen yang menipis, Aksara langsung melepaskan kedua tautan mereka. Napas keduanya terengah-engah. Aksara menyatukan kedua kening mereka dan keduanya saling bertatapan beberapa saat.
Aksara tersenyum, ia mengusap bibir Killa. “Maaf, makasih, ya. I love you.”