I miss you so bad.
“Kajen, ini kopernya di taruh mana?” tanya Orel, memegang koper milik Rajendra.
Rajendra menolehkan kepalanya ke Orel, “taruh deket lemari aja.” Orel mengangguk, ia meletakkan kopernya di dekat lemari baju Rajendra. Ia berbalik menghadap Rajendra yang sedang duduk di pinggir ranjang sambil menatapnya.
Orel melangkahkan kakinya mendekati Rajendra, Rajendra tersenyum dan menarik tangannya untuk duduk di dekatnya. Laki-laki itu mengusap rambut dan pipi Orel dengan lembut.
“Kenapa?”
“Kangen.”
“Aku lebih kangen sama Kajen.”
“Masa?” Rajendra memasang wajah jahilnya, membuat Orel mendengus. Lalu Rajendra tertawa. Ia memeluk Orel dengan erat. Membiarkan gadisnya bersandar pada dadanya. Rajendra mengusap punggung Orel dan menciumi pucuk kepala Orel.
“Selama aku gak ada di sini, kamu ngapain aja? Gak ngelakuin hal-hal aneh, kan?” tanya Rajendra.
Orel menggeleng, “cuma kuliah, kerja kelompok, makan, tidur, nonton film. Emm, terus apaa, yaaa.” Rajendra terkekeh dengan tingkah laku Orel yang membuatnya gemas. Ia sudah lama tidak mengobrol seperti ini dengan kekasihnya, dan ini sangat membuatnya rindu. Hari ini adalah hari yang paling di nantikan Rajendra. Bertemu dengan kekasihnya, ah ralat– tunangannya yang paling ia cintai.
“Kajen di sana gak genit sama cewek lain, kan?” Orel mendongakkan kepalanya, menatap Rajendra. Rajendra memasang wajah berpikir, membuat Orel kesal. “Kamu pasti godain cewek-cewek di sana, ya?! Ih, Kajen ngeselin!”
Rajendra tertawa, “hahaha, enggak kok. Aku kan udah punya kamu, aku juga inget kamu. Mana mungkin aku godain cewek lain kalau aku udah punya kamu.”
“Kirain ...” lirih Orel.
“Kamu tau gak, sih? Di sana aku kesepian gak ada kamu, gak ada yang bawel, gak ada yang berisik, gak ada yang gangguin, pokoknya sepi banget deh. Tapi akhirnya aku terbiasa gak ada kamu. Tapi aku juga kangen banget tau sama kamu! Setiap hari aku mikirin kamu, kangen sama kamu. Rasanya pengen terbang ke Indonesia detik itu juga.”
Orel setia mendengarkan ocehan Rajendra dengan posisi mereka yang masih berpelukan. Orel tersenyum saat Rajendra mengatakan bahwa dia merindukannya, itu membuat pipi Orel memerah karena malu dan salah tingkah. Untung saja Rajendra tidak melihatnya. Kalau melihatnya, pasti Orel akan di ejek habis-habisan.
“Sekarang aku ketemu kamuu, meski tahun kemarin aku juga pulang, tapi aku seneng banget soalnya ketemu lagi. Aku jadi pengen kuliah di sini aja deh.”
“Jangan dong! Masa pindah kuliah di sini gara-gara gak ada aku di sana? Gak boleh.”
“Kalau aku kangen kamu, gimana dong?”
“Kan bisa video call, Kajeennn. Atau telpon aku.”
“Tapi kurang! Kamu tuh yaa, gemes banget tau. Pengen peluk kamu, pengen jadiin kamu kecil banget biar bisa di taruh kantong, pengen cium kamu, pengen apa aja deh pokoknya sama kamu. Aku kangen banget sama kamu. I miss you so bad, sayang. Kangennnn. Gak mau lepas peluknya. Pokoknya peluk aku sampe besok! Eh, selamanya deh. Kamu harus peluk aku terusss!”
Rajendra semakin mengeratkan pelukannya pada Orel, ia menelusupkan wajahnya ke perpotongan leher Orel. Menyembunyikan wajahnya di sana, membuat Orel geli karena merasakan deru nafas Rajendra di lehernya. Orel terkekeh, ia juga mengeratkan pelukannya pada Rajendra. Ternyata tunangannya ini sedang manja. Orel tau betul kalau Rajendra selalu mendadak berubah menjadi manja setelah tidak bertemu begitu lamanya. Ini membuat Orel merasa gemas padanya. Sore ini mereka habiskan untuk saling melepas rindu sambil saling berpelukan.