I’m here for you.
Aksara datang dengan wajahnya yang sangat panik. Tadi ia membawa motornya dengan kecepatan yang bisa dibilang sangat gila karena laki-laki itu sangat mengebut sampai menyalip beberapa kendaraan hingga ia mendapat protes dari orang-orang. Aksara berjalan mendekati Killa yang menangis di depan rumahnya sambil berjongkok. Laki-laki itu ikut berjongkok di hadapan kekasih, tangannya meraih bahu kekasihnya. Killa mengangkat kepalanya dengan matanya yang sudah sembab. Hati Aksara teriris melihatnya, ia langsung membawa Killa ke pelukannya. Gadis itu tambah menangis.
“Sshhh, nangis aja gapapa. Tapi, kita pergi dulu, yuk? Katanya kamu mau pergi dari sini,” ucap Aksara. Ia membantu Killa untuk berdiri, keduanya berjalan ke arah motor Aksara. Laki-laki itu memberikan jaketnya pada Killa. Kemudian keduanya segera pergi dari sana.
Aksara membawa motornya entah pergi ke mana. Kalau kata Killa, yang jauh asal tidak ke rumahnya. Aksara menurutinya. Laki-laki itu membawa Killa ke tempat yang tidak terlalu ada banyak orang. Aksara mengajak Killa untuk duduk di hamparan tanah yang luas. Di sana hanya ada beberapa orang yang datang, di sana juga ada angkringan. Jadi, bukan hanya ada mereka berdua saja di sana.
Aksara membuka plastik yang ia bawa, berisikan betadine, alkohol, hansaplast, dan kapas yang tadi sempat ia beli di apotek. Aksara mengobati perlahan luka di kening Killa. Gadis itu meringis karena merasa perih. Ia menatap Aksara yang wajahnya cukup dekat dengan wajahnya. Laki-laki itu mengobati lukanya dengan telaten, membuat Killa kembali menangis. Aksara sontak menatap Killa ketika melihat bulir air mata jatuh dari pipi gadisnya.
“Kenapa nangis? Aku terlalu kencang, ya?” tanya Aksara panik.
Killa menggeleng, “enggak, aku cuma terharu aja.”
Aksara terkekeh, “terharu kenapa?” tanyanya sambil lanjut mengobati lukanya.
“Kamu ngobatin luka aku telaten banget, kamu bahkan langsung datang pas aku telpon kamu sambil nangis-nangis, kamu panik banget tadi. Sa, maaf, kalau aku cuma nyusahin kamu,” ucap Killa.
“Hey, siapa yang nyusahin? Dengerin aku, kamu gak nyusahin sama sekali. Udah jadi kewajiban aku buat selalu ada sama kamu. Kamu gak nyusahin sama sekali. Kamu pacar aku, aku pacar kamu. Jadi, jangan ngerasa kalau kamu nyusahin aku, ya? Kamu enggak sama sekali pernah nyusahin aku. Aku gak suka kalau kamu bilang kayak gitu,” ujar Aksara.
“Tapi, aku selalu nelpon kamu sambil nangis-nangis. Aku gak pantas kayak gitu, Sa. Harusnya aku ngasih tau kamu kabar baik, bukan kabar buruk. Selalu aja kayak gini,” ucap Killa.
“Ah, kamu iniii. Kan aku udah bilang, Killaaa. Kamu gak nyusahin, kamu pantas kok nelpon aku sambil nangis. Itu wajar karena kamu lagi merasa sedih atau lagi pengen nangis. Gapapa, kamu telpon aku sambil nangis, itu gapapa. Semua orang berhak nangis, termasuk kamu. Kalau kamu telpon aku pas kamu nangis, itu malah bikin aku seneng. Karena apa? Karena aku merasa dibutuhkan dan aku jadi pacar yang baik buat kamu. Jangan ngomong gitu lagi, ya?” ucap Aksara dengan suara lembut. Ia sudah selesai mengobati luka Killa, laki-laki itu tersenyum ke arah gadisnya. Ia mendekati wajah Killa dan meniup kening Killa yang ditutupi kapas dan hansaplast, hal itu membuat Killa ikut tersenyum.
“Lukanya udah aku obatin, udah aku tiup juga biar cepet sembuh. Atau mau aku cium juga?” goda Aksara.
“Aksaaaa,” rengek Killa membuat Aksara tertawa. Killa merengut sebal, menatap Aksara dengan tatapan kesalnya. Aksara mengacak pelan surai milik Killa, laki-laki itu mengecup sekilas kening Killa.
“Udah aku cium, semoga cepet sembuh,” ucap Aksara.
“Aku gak nyuruh?!” seru Killa.
“Gapapa, itu gratis buat kamu,” kata Aksara.
“Ih!” seru Killa kesal.
Aksara tertawa, “sini aku peluk.” Laki-laki itu memeluk Killa dengan erat. Killa menyandarkan kepalanya di bahu lebar kekasihnya, tatapannya tertuju pada langit di atas sana.
Aksara memeluk Killa dengan erat, tangannya mengusap pipi Killa. Pandangannya tertuju pada gadis yang berada di pelukannya. Ia tersenyum kecil melihat Killa yang terdiam sambil menatap langit. Bintang-bintang malam ini bertebaran di langit, mungkin itu yang membuat Killa menatap langit tanpa berkedip.
Aksara menghela napasnya pelan, “Kil, tetep kayak gini, ya? Jangan menyerah dulu. Aku ada buat kamu, aku butuh kamu, aku masih mau sama kamu, selamanya.”
“Iyaa,” balas Killa.
“Kamu bakalan selalu ngerasain pelukan aku, kapanpun kamu mau. Aku bakalan kasih peluk ke kamu. I'm here for you, babe,” ucap Aksara. Keduanya saling memeluk satu sama lain, berbagi kehangatan satu sama lain. Ditemani oleh langit malam dan bintang-bintang yang berterbaran di langit. Keduanya saling memeluk, meminta kepada Tuhan agar mereka terus bersama selamanya.