It's okay, I'm here.

Killa melangkahkan kakinya hendak menuju ke perpustakaan. Perutnya masih terasa nyeri entah karena apa. Padahal dia sudah menandai tanggal tamunya datang, namun hari ini perutnya malah terasa sakit. Killa mengerutkan keningnya ketika orang-orang yang ia lewati menatapnya, entah apa yang salah pada dirinya. Mereka yang melihat dirinya hanya diam. Killa menatap dirinya dari ujung kakinya sampai badannya. Tidak ada yang salah dalam dirinya.

Grep

Killa terlonjak kaget ketika dirinya merasakan seseorang menubruknya dari arah belakang. Baru saja ia akan memaki orang itu, namun yang ia lihat adalah Aksara yang menatapnya dengan senyumannya.

“Kamu ngapain, sih?!” tanya Killa kesal.

“Jagain kamu,” balas Aksara.

Killa mengerutkan keningnya, “gak usah aneh-aneh. Aku mau ke perpustakaan.”

Baru saja ia akan kembali melangkahkan kakinya, Aksara malah menahan tangannya. “Apa?” tanya Killa. Entah kenapa ia merasa sangat kesal, mood miliknya seketika menjadi jelek.

“Kamu lagi red day?” tanya Aksara sambil berbisik.

“Udah aku bilang, masih dua hari la—”

“Kamu tembus,” bisik Aksara.

“Hah?!” Killa membulatkan matanya karena merasa terkejut. Ia menengok ke rok belakangnya, dan benar saja dirinya tembus. Wajahnya langsung memerah, entah karena malu atau karena kesal. Killa menatap Aksara yang malah tertawa. Dirinya mendengus.

“Gimana, dong?!” seru Killa.

“Aku temenin ke kamar mandi,” ucap Aksara.

“Gimana caranya?” tanya Killa.

“Pakai jaket aku dulu,” kata Aksara lalu mengikatkan jaket yang ia bawa pada pinggang Killa. Ia tersenyum ke arah gadisnya, “kamu sekarang ke toilet. Kamu bawa itu?” tanyanya.

Killa menggeleng, “enggak.”

“Ya udah, aku beliin dulu. Kamu ke toilet dulu sana,” titah Aksara.

“Takut,” cicit Killa sembari meremas tangan Aksara.

Aksara tersenyum, “takut kenapa, hm? Gak ada apa-apa, Killa. Kamu gak bakalan kenapa-napa. Aku cuma bentar doang, kok. Nanti aku susul ke sana.”

“Malu,” lirih Killa.

Aksara terkekeh, “gapapa, sayang. Sana ke toilet. Ini pada lihatin kita, loh?”

Akhirnya Killa pergi ke toilet sendirian, sementara itu Aksara membelikan hal yang Killa sangat butuhkan saat ini. Gadis itu masuk ke dalam salah satu bilik toilet, ia merutuki dirinya sendiri. Merasa malu karena Aksara melihat dirinya tembus. Killa mengipasi wajahnya yang memanas. Pasti wajahnya kini sudah memerah.

Suara ketukan pintu terdengar, Killa membuka pintunya perlahan-lahan. Seseorang memberikan rok dan pembalut pada dirinya. Killa langsung buru-buru mengambilnya dan segera berganti.