Jalan-jalan biasa atau date?
Setelah selesai menonton film yang dipilih Aira, keduanya keluar dari bioskop. Aira tidak berhenti mengoceh tentang film yang mereka tonton tadi. Bahkan gadis itu menceritakan part paling mengesankan di film itu. Odey hanya diam mendengarkan Aira bercerita. Laki-laki itu menahan senyumnya ketika melihat raut wajah Aira.
“Pokoknya film-nya seru banget! Gue kasih rate sembilan per sepuluh deh,” ucap Aira.
“Kalau seru, kenapa cuma dikasih sembilan doang?” tanya Odey.
“Soalnya kesempurnaan hanya milik Tuhan,” balas Aira.
Odey terkekeh, “Habis ini mau ke mana?”
Aira mengedarkan pandangannya, kemudian ia mendengar suara yang memalukan dari perutnya. Ia menatap Odey yang menertawakan dirinya. Aira mendengus.
Dasar perut malu-maluin, gak bisa diajak kerja sama!
“Udah laper tuh, mau makan?” tanya Odey setelah selesai mentertawakan gadis di sebelahnya.
Aira meringis kemudian menganggukkan kepalanya, “Mau. Gue udah laper banget. Tadi makan popcorn doang mah gak puas.”
Odey mengangguk, “Ya udah, ayo, kita cari makan dulu. Mau makan apa?”
“Marugame aja gimana? Pengen banget makan itu,” usul Aira.
“Boleh.” Odey mengiyakan usulan Aira. Keduanya segera mencari restoran merugame di sana dan memesan makanan untuk makan siang menjelang sore mereka.
“Lo bayarin gue mulu. Sekarang gantian gue yang bayarin deh!” ucap Aira.
“Gak usah, Aiii. Gua aja yang bayarin. Santai ajaa,” kata Odey.
Aira yang berjalan di depan Odey pun berhenti berjalan dan membalikkan tubuhnya, Odey juga ikut berhenti. Ia sedikit menunduk untuk menatap wajah Aira yang cemberut.
“Gue gak enak sama lo, lah! Masa lo bayarin mulu,” sungut Aira.
Odey terkekeh, “Ya gapapa. Kan nanti juga bakalan gua bayarin terus.”
“Hah?” Aira menatap Odey kebingungan.
Odey memejamkan matanya, ia meremas celananya. Jantungnya mendadak berdetak dengan kencang.
“Odey!” Aira menggoyangkan lengan Odey, laki-laki itu sontak membuka matanya. “Kok lo malah merem, sih? Maksudnya tadi apa?” tanya Aira.
Odey menggeleng pelan, “Bukan apa-apa, Ai.”
“Ih, apaan—”
“Mau main, gak? Yuk, kita ke Timezone aja. Kali ini lo bayarin koinnya deh,” sela Odey. Ia menarik lengan Aira perlahan agar lengan Aira tidak memerah karena ia tarik.
Aira hanya diam mengikuti langkah Odey. Dia tersenyum. Padahal Aira tau apa maksud ucapan Odey, hanya saja ia pura-pura tidak paham. Ah, Odey itu sangat gengsi apa bagaimana. Laki-laki itu tidak mau menjelaskan ucapannya. Mungkin malu, itu yang ada di pikiran Aira saat ini. Matanya menatap punggung di depannya dan tangannya yang sekarang digandeng oleh Odey. Entah kenapa ia malah salah tingkah, Aira merasakan wajahnya yang memanas. Ia langsung mengibas wajahnya dengan sebelah tangannya.
“Apaan anying, masa gue salting,” gumam Aira.