Kapan?

Saat ini Winda, Killa, Arka, Aji, dan Aksara tengah berada di restoran untuk merayakan kelulusan Killa hari ini. Jangan tanya kenapa Aksara tidak dirayakan? Mereka sudah merayakannya kemarin karena Aksara baru lulus satu hari sebelum Killa. Mereka menikmati hidangan yang sudah tertata rapih di meja.

Hanya ada dentingan sendok dan pisau—mereka sedang makan beef steak—tidak ada obrolan apapun diantara mereka. Menit demi menit telah berlalu. Kini mereka sudah selesai menyantap makanan.

“Jadi, kapan kalian berdua mau menikah?” tanya Winda sambil menatap Killa dan Aksara secara bergantian.

Killa yang mendengarnya langsung membulatkan matanya, ia menatap Mamanya dengan wajah terkejutnya. “Ma?!” seru Killa.

“Kan kalian sudah lulus, apa ada rencana mau menikah setelah ini?” lanjut Winda yang tak menghiraukan seruan putrinya.

Aksara melirik Killa yang tengah menundukkan kepalanya. Laki-laki itu berdeham, membenarkan posisi duduknya sebelum membalas perkataan Winda. “Kita berdua mau kerja dulu, Ma. Cari uang dulu buat biaya nikah kita. Lagian kita masih mau menikmati waktu bareng temen-temen. Urusan nikah, itu bisa dipikir belakangan kalau kita udah siap,” balas Aksara.

“Yang penting jangan kelamaan, ya. Mama mau gendong cucu soalnya,” ucap Winda.

“Mamaaa,” rengek Killa. “Gendong cucu apaan? Masih lama! Lagian kita gak buru-buru buat nikah.”

“Iya, maksud Mama, mungkin kalian setelah ini ada rencana buat menikah. Soalnya kan kalian udah lulus kuliah,” ujar Winda.

“Kalau Kak Killa nikah, Kak Arka dilewati dong?” celetuk Aji.

“Heh! Kalau ngomong, suka bener,” sahut Arka yang kemudian ditertawai oleh mereka.

“Sebenernya aku siap kalau kita mau nikah,” bisik Aksara kepada Killa. Killa sontak menatap Aksara dengan mata tajamnya. Laki-laki itu terkekeh, ia mengusap tangan Killa yang berada di bawah meja.


“Kita kapan mau nikah?” tanya Aksara.

Saat ini mereka berdua sudah kembali ke apartemen. Dan sekarang sudah malam hari. Keduanya sedang duduk santai di ruang tamu sambil menonton televisi. Keluarga Killa sudah kembali ke Indonesia lagi sore tadi. Memang terlalu mendadak, mereka tidak bisa lebih lama lagi di sini karena Aji yang harus berkuliah dan Arka yang harus mengurus perusahaannya.

“Emang kamu mau kita nikah?” tanya Killa.

Aksara mengerutkan keningnya, “ya mau, lah! Emang kamu gak mau?”

“Mau,” balas Killa.

“Nah, makanya aku nanya, kapan kita nikah?” ucap Aksara.

“Kan kata kamu, kita mau kerja dulu, masih mau nikmati waktu bareng temen-temen. Gimana, sih?” Killa menatap Aksara dengan kerutan di keningnya.

Aksara menyengir, “ya iya. Siapa tahu kamu berubah pikiran, mau nikah secepatnya.”

“Susah tahu kalau mau bangun rumah tangga,” ucap Killa.

“Iya, susah. Tapi, kalau kita bangun bareng-bareng ya nggak bakalan susah. Kita jaga bareng biar gak rubuh,” ujar Aksara. Tangannya memainkan rambut Killa yang tergerai.

“Hmm ... Nanti aja kita pikirin lagi,” kata Killa.

Aksara mengangguk, “kasih aku kiss dong.”

“Mau?” tanya Killa. Aksara langsung mengangguk dengan semangat.

Killa mendekatkan wajahnya ke wajah Aksara dengan perlahan, Aksara mulai menutup matanya ketika jarak wajah mereka berdua sudah semakin dekat. Aksara mengerutkan keningnya ketika tidak merasakan apa-apa. Ia kembali membuka matanya, tidak ada Killa di hadapannya. Aksara mencebikkan bibirnya, ia dibohongi oleh kekasihnya.

Kiss terus! Makan tuh cium!” teriak Killa dari dalam kamarnya, Aksara tertawa mendengarnya.

I love you!” teriak Aksara.

I love me, too!” teriak Killa.