Kemah
Sekarang semuanya sudah berada di tempat tujuan. Hutan yang biasa dijadikan tempat untuk perkemahan, tampak menyeramkan dari luar karena banyak pohon lebat. Murid-murid keluar dari bus dan berbaris sesuai kelompok. Cukup banyak karena terdapat dua angkatan, yang artinya harus penjagaan ekstra. Semua murid diberi wejangan agar tidak melakukan hal aneh dan berbicara kotor, juga harus menjaga sikapnya selama acara berlangsung.
Setiap kelompok diperintahkan untuk membangun tenda sendiri. Kailee bersama teman-temannya mulai membangun tendanya. Kecuali Rael yang tidak membantu sama sekali, ia hanya memperhatikan teman-temannya. Dengan alasan ia tidak mengerti cara memasang tenda. Akhirnya hanya Kailee, Adira, Ella, dan Sachi yang memasang tenda. Tentunya dengan perasaan kesal karena Rael yang selalu beralasan.
Kini semua murid diberi waktu untuk beristirahat, mandi, dan berganti pakaian karena sebentar lagi sudah sore. Mereka akan melakukan beberapa game. Salah satunya menuangkan air dari satu baskom ke baskom teman satu timnya.
Kelompok Kailee dan kelompok Kalilo mendapat giliran untuk bermain. Mereka sangat antusias untuk memulai permainan. Apalagi Rael yang sepertinya diam-diam merencanakan sesuatu.
“Kailee, kamu belakang aku aja deh,” ucap Rael.
Kailee mengerutkan keningnya, “kenapa?”
“Ya, gapapa. Aku cuma gak mau di belakang sendiri aja,” balas Rael.
Akhirnya Kailee duduk di belakang Rael tanpa merasa ragu. Permainan dimulai. Air pertama di baskom masih penuh. Sachi yang berada di urutan paling depan kemudian memberikan airnya ke Adira yang berada di belakangnya, begitupun seterusnya. Hingga akhirnya tiba bagian Rael dan Kailee. Rael dengan sengaja menumpahkan airnya pada Kailee, padahal Kailee sudah meletakkan baskomnya di atas kepalanya dengan benar. Akhirnya baju Kailee basah kuyup. Permainan dilanjutkan dengan 3 ronde. Selama 3 ronde itu pula Rael dengan sengaja mengguyur Kailee, padahal seharusnya air itu masuk ke dalam baskom yang ada di kepala Kailee.
Permainan berakhir, Kailee mendengus kesal karena tim mereka kalah. Apalagi bajunya basah kuyup karena Rael.
“Baju kamu basah kuyup banget, Kai,” ucap Rael.
“Gara-gara lo!” seru Kailee.
“Kok gara-gara aku, sih? Salah kamu sendiri yang pegang baskomnya gak bener,” ucap Rael tidak terima.
Kailee mengernyitkan keningnya, “gak bener gimana? Gue udah jelas-jelas pegang baskom di atas kepala, lo malah numpahin di muka gue!”
“Jangan berantem dulu. Rael, lo tuh harusnya ngerti dong ini game buat tim,” lerai Sachi.
“Ya udah, sih, lagian ini cuma game doang. Heboh amat,” ucap Rael lalu mendengus pergi.
“Kalau bukan di sini, udah gue jambak rambutnya,” ucap Adira dengan kesal.
“Mendingan kita ganti baju dulu, bentar lagi api unggun, kan?” usul Ella.
Akhirnya mereka pergi berganti baju. Sebentar lagi akan ada api unggun, makan malam, kemudian jurit malam. Meski Kailee masih merasa kesal, ia tidak boleh membiarkan moodnya merusak harinya. Kailee harus lebih bersabar lagi, karena mungkin Rael akan berulah lagi. Kailee tidak paham dengan jalan pikiran Rael yang licik dan selalu memikirkan hal-hal jahat yang selalu ditimpakan pada dirinya.
“Ini belum seberapa, liat aja nanti.”