Kenapa?

Tampak salah satu meja yang sangat ramai, di sana ada teman-teman Adira dan juga teman-teman Jinan yang sedang mengobrol bersama. Mereka mengobrol sambil menikmati makan siang. Adira juga ikut bergabung dalam obrolan mereka. Tapi tidak dengan Jinan. Laki-laki itu menatap ponselnya dengan marah. Tangannya menggenggam ponselnya dengan erat.

Pesan yang baru ia dapatkan dari orang itu, membuat hatinya seketika panas. Ia merasa marah karena gadis itu yang bersikap sok imut. Dan sekarang gadis itu ada di satu lingkungan sekolah yang sama dengannya. Itu membuat Jinan benar-benar merasa sangat marah dan muak pada gadis itu.

Saat semuanya sedang asik bercanda, Jinan berdiri dan pergi tanpa sepatah kata. Membuat orang-orang yang ada di sana menatapnya bingung. Adira menatap punggung Jinan yang perlahan menjauh dengan tatapan bingung.

Eh, kenapa tuh? Kok Jinan langsung pergi aja? Padahal makanannya belum habis,” ucap Ajun.

Semuanya yang ada di sana terheran-heran dengan sikap Jinan barusan. Adira beranjak dari duduknya dan berniat untuk menyusul Jinan.

Gue nyusul Jinan dulu ya, guys.” Adira pergi dari sana setelah mendapat anggukan dari teman-temannya.

Adira mengikuti Jinan yang melangkahkan kakinya menuju ke taman sekolah. Adira mengernyitkan keningnya saat melihat Jinan duduk di bangku panjang yang ada di sana. Laki-laki itu tampak gusar.

Jinan mengacak-acak rambutnya. Seharusnya ia tadi tidak langsung pergi begitu saja. Pasti teman-temannya bertanya-tanya tentang sikapnya. Jinan mengangkat kepalanya ketika merasa ada seseorang yang mendekatinya. Rupanya itu Adira. Jinan menggeser duduknya, agar Adira bisa duduk di sebelahnya.

Hey, what's wrong with you?” tanya Adira, ia mengusap bahu Jinan.

Jinan menggeleng, “there is not anything.

Jangan bohong, Ji. Aku tau kalau kamu lagi gelisah gini. Sebenarnya ada apa? Kamu kenapa? Kok tadi tiba-tiba pergi gitu aja?” tanya Adira bertubi-tubi.

Aku takut, Ra. Aku takut.” Jinan menatap Adira dengan tatapan sendunya.

Takut kenapa?” tanya Adira bingung.

Aku takut kalau nanti ada orang yang misahin kita dan bikin kamu kehilangan kepercayaan ke aku,” ucap Jinan.

Adira terhenyak. Entah kenapa ia juga merasa takut saat Jinan mengatakan hal itu. Rasanya akan ada sesuatu yang terjadi di antara keduanya. Tapi Adira berusaha menepis semua pikiran buruknya.

Gak bakalan, Ji. You know that I always believed in you?” kata Adira.

Jinan mengangguk. Ia memeluk Adira dengan erat. Menenggelamkan wajahnya di lekuk leher Adira. Adira mengusap punggung Jinan, agar laki-laki itu merasa sedikit tenang.

Adira, apapun yang terjadi nanti, tetep percaya sama aku, ya? Kamu harus janji sama aku buat gak ninggalin aku. Kalau aku ada salah, jangan langsung pergi gitu aja. Tunggu penjelasan dari aku, oke?