Kesal
“Aku udah block nomernya,” ucap Kalilo. Ia meletakkan ponselnya di sampingnya kemudian beringsut mendekat ke arah Kailee yang tiduran di ujung ranjang sambil menatap laptopnya yang menampilkan sebuah kartun, tangannya sibuk menyuapkan popcorn ke dalam mulutnya.
Kailee menolehkan kepalanya, “Hahaha, kenapa?”
“Habisnya dia berisik banget, ganggu mulu. Mana tadi spam chat gara-gara aku tinggalin,” ucap Kalilo sambil cemberut.
Kailee tertawa, ia mencubit pipi Kalilo dengan gemas. “Kamu tuh kalau dibilangin jangan ngeyel. Jangan ninggalin dia, pasti dia bakalan ngomel-ngomel.”
“Tapi, kamu juga nyuruh aku buat kabur,” ucap Kalilo.
“Iya, sih. Lagian kamu bilang takut, ya aku suruh kabur, lah,” kata Kailee.
Kalilo menyengir, “Habisnya aku kayak dikejar rentenir,” katanya. Sontak Kailee tertawa mendengarnya.
“Hush, gak boleh gitu!” tegur Kailee. Kalilo hanya tertawa.
Laki-laki itu menumpukan kepalanya di punggung sang kekasih, membuat Kailee keberatan karena beban di punggungnya. Berulang kali Kailee menyuruh Kalilo untuk menyingkir, tapi, Kalilo malah memeluk perutnya dengan erat. Malahan Kalilo sudah tertidur dengan kepala yang masih berada di punggungnya. Mau tidak mau, Kailee harus berbalik badan dengan hati-hati. Sekarang kepala Kalilo berada di perutnya.
“Kalilo, pindahin dulu kepala kamu. Jangan di perut aku,” bisik Kailee.
“Mhmmm.”
Kalilo bergumam. Ia memindahkan posisi tidurnya dengan mata yang terpejam. Sekarang kepalanya sudah sejajar dengan kepala Kailee, namun, tangannya tidak melepaskan pelukannya. Malahan semakin erat, membuat Kailee tidak bisa bergerak. Kailee tersenyum gemas melihat wajah Kalilo yang sedang tertidur pulas.