Lekas pulih.

Killa masuk ke dalam ruang inap Keisha yang berada di lantai 6 di rumah sakit. Gadis itu tersenyum ketika melihat Keisha yang sedang disuapi makanan oleh Aksara. Killa melangkahkan kakinya untuk mendekati ranjang Keisha, ia meletakkan sekeranjang buah-buahan dan makanan di atas nakas yang berada di samping ranjang Keisha.

“Teh Killa, aku kangen!” seru Keisha dengan senyum lebarnya.

“Aku juga kangen. Gimana kondisi kamu?” tanya Killa. Ia duduk di kursi yang tadinya diduduki oleh Aksara. Laki-laki itu menyuruh Killa untuk duduk di sana, sementara itu dirinya berdiri di samping Killa.

“Udah baikan, tapi masih takut ....” jawab Keisha.

Killa menolehkan kepalanya ke arah Aksara, “kenapa?” tanyanya tanpa suara.

Aksara tersenyum sekilas, “Kei, kamu habisin dulu makanannya. Bisa, kan? Aa’ mau ngobrol sebentar sama Killa.” Keisha menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. Aksara mengajak Killa untuk keluar dari ruangan.

Keduanya berdiri di depan ruangan Keisha, duduk di bangku yang berderet di sana. Killa menatap Aksara yang sama sekali belum membuka suara. Gadis itu mengusap pelan bahu laki-laki di sampingnya. Aksara menolehkan kepalanya ke arah Killa, ia tersenyum tipis.

“Gimana, Sa? Keisha takut kenapa?” tanya Killa.

“Keisha—”


Siang tadi, Aksara sedang menunggu Dokter yang merawat Keisha keluar dari ruangan. Tangannya berkeringat, peluh membasahi keningnya, dirinya sangat khawatir sekaligus takut. Perasaannya campur aduk antara senang dan takut. Senang karena Keisha sudah sadar. Takut kalau ada sesuatu yang terjadi dengan Keisha. Aksara tidak mau adiknya kenapa-napa.

Dokter keluar dari ruangan setelah setengah jam lamanya, Aksara langsung buru-buru mendekati Dokter itu. “Gimana, Dok? Adik saya gapapa?” tanya Aksara dengan raut khawatirnya.

“Keisha tidak apa-apa, semuanya baik-baik saja. Tapi, sepertinya traumanya semakin parah. Keisha semakin takut ketika mendengar suara klakson yang kencang, mungkin dia juga takut kalau disuruh mengingat kejadian yang menimpanya,” jelas Dokter itu.

Aksara meneguk ludahnya dengan susah payah. Ketakutannya semakin bertambah karena hal ini. Aksara tersenyum, “makasih, Dok.”

“Sama-sama. Pasien sudah boleh dikunjungi, asal jangan berisik. Saya permisi dahulu,” ucap Dokter itu lalu pergi dari sana.


Setelah mendengar cerita dari Aksara, Killa semakin dibuat sedih oleh ceritanya. Killa juga merasa kasihan dengan Keisha. Anak seusia Keisha harusnya pergi bermain dengan teman-temannya dengan perasaan bahagia. Namun, Keisha malah harus melawan rasa traumanya di usia yang masih dini. Killa merasa sangat sedih, apalagi ketika sedari tadi ia memperhatikan raut wajah Aksara. Laki-laki itu tampak terlihat sedih, namun berusaha untuk terlihat tegar.

“Jadi, Keisha harus terapi buat ilangin rasa traumanya?” tanya Killa.

Aksara mengangguk, “iya, Kil. Keisha harus ilangin rasa traumanya lagi kayak dulu.” Aksara menghela napasnya, kemudian ia menatap Killa dengan wajah sendunya. “Kil, aku takut,” lirihnya.

“Jangan takut, Sa. Kita sama-sama temenin Keisha buat ilangin rasa traumanya, ya? Aku bakal nemenin kamu sama Keisha. Nanti kita kasih dia semangat setiap terapi, oke?” ucap Killa.

Aksara mengangguk, “makasih, ya.”

No need, Sa. Oh iya, kamu belum makan?” tanya Killa yang dibalas gelengan oleh Aksara.

“Tadi belum sempat makan,” ucap Aksara.

“Ayo, makan dulu. Tadi aku udah beli makanan buat kamu,” ujar Killa. Ia berdiri dari duduknya, disusul oleh Aksara yang juga berdiri dari duduknya.

Keduanya kembali masuk ke dalam. Keisha sudah menyelesaikan makanannya. Killa membantu Keisha untuk minum obat yang diberikan Dokter. Sementara itu, Aksara duduk di sofa sambil makan makanan yang dibeli oleh Killa.

“Teh, aku bakalan gapapa, kan?” tanya Keisha secara tiba-tiba. Membuat Aksara dan Killa mengalihkan perhatian padanya.

Killa tersenyum, kemudian ia mengangguk. “Iya, Keisha bakalan baik-baik aja. Keisha kan kuat. Iya, kan?”

Keisha mengangguk, “nanti teteh temenin Keisha, ya? Keisha gak mau berduaan doang sama Aa’.”

Killa mengangguk, “iya, sayang. Teteh bakalan nemenin Keisha, kok. Asal Keisha mau sembuh, ya?”

Keisha mengangguk dengan semangat, “makasih banyak, Teh Killa!” serunya.

Killa tersenyum, ia mendekatkan tubuhnya dan memeluk Keisha dengan hati-hati. Keduanya saling berpelukan dengan erat. Hingga tiba-tiba Aksara juga ikut memeluk mereka berdua. Ketiganya tersenyum bersamaan dengan tangan yang masih memeluk satu sama lain. Harapan Killa dan Aksara hanyalah kesembuhan Keisha setelah ini. Agar gadis kecil itu bisa tertawa kembali seperti dahulu.