Meet his mom

Anora agak gugup ketika dirinya dan Nathan sudah duduk di depan laptop. Nathan terkekeh, ia mengusap kepala Anora dengan lembut. Anora menatap Nathan, tangannya meraih tangan kekasihnya yang mengusap kepalanya kemudian menggenggam tangannya dengan erat.

It’s okay, sayang. Gak perlu takut, ya? Cuma ngobrol biasa, kok,” bisik Nathan. Anora hanya mengangguk.

Tak berselang lama, Anya sudah bergabung ke dalam room zoom yang dibuat Nathan. Anora dan Nathan tersenyum ketika melihat Anya. Anora memuji Anya yang tampak sangat cantik dengan dress dan wajahnya masih terlihat sangat muda.

Halo, anak-anak. Nunggu lama, ya?

“Enggak kok, tante.”

Panggil Mama aja, ya, Anora. Biar kayak Nael.

Anora menganggukkan kepalanya. Ia tersenyum ketika mengetahui kalau Nathan dipanggil Nael oleh Mamanya. Lucu sekali.

“Mama gaya banget pakai dress kayak gitu. Kayak anak muda aja,” ucap Nathan.

Suka-suka Mama dong! Ini dibeliin Papa kamu, loh. Cantik, kan?

“Cantik banget, Ma. Cocok dipakai sama Mama, kok,” puji Anora.

“Kamu jangan puji Mama, nanti besar kepala,” sahut Nathan sambil tertawa.

“Gak boleh gitu dong, Nath. Kamu suka banget godain Mama kamu?”

Nathan terkekeh, “Lucu aja liat reaksinya.”

Emang Nael itu suka godain Mama, kadang Mama sampai ngambek. Terus dia bujuk Mama pakai cokelat kesukaan Mama. Emang dia jago banget luluhin hati Mama.

“Soalnya diajari Papa,” ucap Nathan.

Haduh, iya deh iya. Mama mau ngobrol sama Anora, kamu pergi sana.

“Anaknya gak mau ditinggal, Ma. Liat nih, tanganku dipegangin terus.” Nathan mengangkat tangannya yang digenggam oleh Anora. Membuat Anora mendengus malu, ia langsung melepaskan genggamannya.

Dasar anak muda, lucu banget deh kalian.

“Iya dong,” ucap Nathan sambil terkekeh. Ia kembali menarik tangan Anora dan menggenggamnya kembali.

Nael gimana, nak? Dia bandel gak pas sama kamu? Pasti dia suka langgar larangan kamu, ya? Dia tuh susah banget dibilangin, anaknya ngeyel banget. Dia juga malesan, tidurnya pas subuh mulu. Padahal dia ada kuliah.

“Nathan baik kok, Ma. Dia gak bandel sama sekali, dia malah nurut sama omongan aku, kok. Cuma kadang begadang diem-diem, sampai paginya bangun telat. Aku selalu suruh dia makan tiga kali sehari, aku juga suruh dia tidur cepet. Untungnya sekarang dia tidur di bawah jam dua belas, kecuali kalau ada tugas doang.”

Walah, ternyata nurut sama pacarnya. Jagain dia, ya, nak. Kalau nakal, jewer aja telinganya. Marahin aja kalau bandel. Dia tuh kalau sakit suka manja.

“Ma, gak perlu dibilangin semua, lah ....,” rengek Nathan.

Anora terkekeh, “Siap, Ma! Aku gak pernah liat dia manja pas sakit, sih. Untungnya dia gak pernah sakit selama pacaran sama aku. Dia gak sakit pun udah manja sama aku, Ma. Kayak sekarang, nih.”

Nathan terlihat menyembunyikan wajahnya di punggung Anora, tangannya melingkar di pinggang Anora. Nathan menggesekkan hidungnya ke punggung Anora, kemudian mengerang ketika Mamanya berkata kalau dirinya seperti bayi yang manja pada ibunya. Sedangkan Anora hanya tertawa.

Kamu suka bikin cookies? Kamu bisa masak? Wah, pantesan Nathan kelihatan lebih seger di sana. Kamu suruh dia makan sayur-sayuran, ya.

“Aku bisa bikin cookies, Ma. Kadang aku bikin kalau pengen aja. Nathan juga aku suruh makan sayuran, apalagi kalau dia ke sini, pas banget aku kadang bikin salad sayur atau buah gitu.”

Makasih banyak, ya, nak ... Kamu menjaga Nathan banget di sana. Nathan beruntung ketemu perempuan yang bisa jaga dan rawat dia di sama, apalagi sekarang dia jauh sama Mamanya. Jadi, gak ada yang bisa dipeluk dia. Ajak dia ngobrol atau main gitu biar gak pusing karena kuliah, ya ... Nathan tuh anaknya kalau gak diajak ngobrol ya gak bakalan mau ngomongin hal-hal yang terjadi ke dia. Di sini juga dia main sama temen-temennya, sih. Apalagi di sama ada Jake sama Kevin, katanya juga ada Gavrian, ya? Jagain dia, ya, nak Anora. Mama titip Nathan ke kamu.

“Iya, Ma. Aku pasti bakalan jagain dia, rawat dia, kasih dia pelukan, ajak dia ngobrol, ajak dia main. Karena dia juga bawel banget kalau sama aku. Aku juga sering ngajak dia jalan-jalan. Semua perintah Mama pasti aku lakuin, kok. Mama gak usah khawatir, ya. Nathan aman sama aku.”

Terima kasih banyak, ya, nak. Nathan, kamu jangan bikin Anora nangis, ya! Awas aja kalau kamu bikin dia nangis. Jangan marah-marah ke dia, jangan kasar ke dia, jangan main tangan sama perempuan. Kalau ada masalah bicarakan baik-baik. Jangan sakiti dia.

“Iya, Mama,” balas Nathan. Suaranya teredam karena wajahnya masih bersembunyi di punggung Anora.

“Nathan, ih! Cepet bangun dulu, gak sopan kayak gitu. Duduk yang bener, dong. Itu Mama ngomong ke kamu,” omel Anora.

Nathan kembali ke posisi duduknya, ia menyengir. “Kamu ngomel-ngomel mulu.”

“Ya kamu tuh jangan jadi bayi dulu, masih ada Mama,” ucap Anora.

“Gapapa, dong. Mama juga diem aja tuh. Aku tuh pengen peluk kamu, babe,” ucap Nathan.

Wajah Anora memerah malu. Bisa-bisanya Nathan bertingkah seperti ini di depan Mamanya. Anora tidak habis pikir dengan Nathan, entah dirinya sengaja atau tidak, Anora yang salah tingkah. Nathan terkekeh melihat wajah gadisnya yang memerah.

Cute.” Tanpa aba-aba, Nathan langsung mencium pipi Anora di depan Mamanya.

“Nathan!” seru Anora.

Waduh, anak muda ... Mending Mama udahin aja, ah. Mama gak mau ganggu orang pacaran.

“Mama, gak gituuuu. Nathan ih nyebelin banget!” rengek Anora.

Gapapa, nak. Mama juga mau dinner sama Papanya Nael.

“Bilang anaknya pacaran mulu, tapi Mama sama Papa juga pacaran,” sindir Nathan.

Suka-suka Mama, lah! Ya udah ya, Mama tutup dulu. Nael, ingat kata Mama tadi.

“Iya, Mamaaa. I listened to everything you said and I will always remember it. I promise,” ucap Nathan.

Ya udah, Mama tutup, ya. Dadah, anak-anakku!

“Dadah, Mamaaa!” ucap Anora dan Nathan dengan serentak.