My love, how are you? Is heaven beautiful?
Sejak Arina meninggalkan dunia untuk selamanya, Asahi menjadi pribadi yang tertutup. Ia hanya berbicara pada orang-orang terdekatnya. Ia menjadi seperti dulu, saat sebelum ia kenal Arina. Kepergian Arina membawa perubahan besar dalam hidupnya. Semua orang tau kalau dirinya sangat terpukul dengan kepergian kekasihnya. Semua orang tau kalau dirinya sangat bersedih. Tapi Asahi tidak bisa memikul semuanya. Ia selalu menangis ketika melihat foto Arina. Ya, laki-laki itu merindukan kekasihnya.
Sekarang Asahi sudah menjadi pengusaha yang sukses. Ia mempunyai perusahaan, ia mempunyai toko parfum yang cabangnya dimana-mana. Asahi sudah sukses. Tapi bagi Asahi, kesuksesannya tidak ada apa-apanya kalau Arina tidak ada di sampingnya.
Asahi ikhlas. Ia sudah mengikhlaskannya sejak lama. Namun ia sangat sulit untuk melupakan Arina. Itu tidak mudah untuknya. Ia selalu merindukan Arina setiap hari. Ia selalu menangis ketika melihat foto Arina. Asahi bahkan pernah tidak tidur semalaman hanya untuk mengunjungi tempat yang pernah mereka datangi. Segila itu. Iya, Asahi pernah segila itu. Lalu ia di marahi sang Bunda dan di tampar oleh realita kalau kekasihnya itu benar-benar sudah tidak ada. Lalu setelah itu, Asahi kembali hidup normal. Seperti dulu.
Asahi melangkahkan kakinya menuju ke salah satu makam, ia membawa satu buket bunga mawar. Ia berjongkok pada salah satu makam dan meletakkan bunganya di atas makam. Setiap hari, Asahi selalu mengunjungi makam Arina dan membawa sebuket bunga. Sampai penjaga makam sangat hafal dengan kegiatan rutin Asahi.
“Na, apa kabar?”
“Udah lama ya, Na? Kamu pergi jauh dari sini dan ninggalin aku.”
“Are you happy?”
“Na ... Is heaven beautiful?”
“Arina, sekarang aku udah jadi orang sukses yang membanggakan Bunda. Aku punya perusahaan, punya toko parfum yang cabangnya dimana-mana ... Tapi semuanya gak ada artinya kalau kamu gak ada di samping aku.”
“Aku takut, Na.”
“Dulu setiap kali aku merasa takut sama dunia, pasti kamu bakalan meluk aku dan bilang kalau semuanya bakalan baik-baik aja.”
“Tapi sekarang udah gak bisa ya, Na? Aku udah gak bisa meluk kamu lagi.”
“Na, ada banyak hal yang aku lalui setelah kamu pergi. Ada banyak kejadian yang aku alami. Dan juga ada banyak kebahagiaan yang datang ke aku. Aku seneng, Na. Aku bahagia sama semuanya yang sekarang aku punya. Tapi bahagiaku itu kamu? Jadi, gimana? Apa aku tetep harus bahagia tanpa kamu?”
“Kalau kata kamu, aku harus bahagia dengan atau tanpa kamu. Ya udah, aku bahagia. Meski gak ada kamu. Aku tetap bahagia.”
“Aku udah gak kurusan, Na. Aku udah agak gendutan. Soalnya Bunda selalu masak banyak, aku makannya lahap.”
“Kamu jangan khawatir sama aku. Kamu cukup bahagia di sana aja.”
“Happy birthday my dear, I hope you are happy. I love you always.”
Asahi menutup matanya, ia berdoa untuk Arina. 24 Mei adalah ulang tahun Arina. Asahi datang untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada Arina. Ia juga mendoakan Arina. Laki-laki itu menangis saat ia berdoa. Hatinya tidak sanggup, ia sangat merindukan Arina. Asahi ingin bertemu Arina dan memeluk gadis itu dengan erat. Dan mengucapkan selamat ulang tahun untuk gadisnya.
“Aku pulang, ya? Bahagia selalu, Na. Aku kangen banget sama kamu. And ... Happy birthday, my love.”