New life.
Adira melangkahkan kakinya begitu ia melihat tidak ada satupun kendaraan yang lewat. Gadis itu menyebrangi jalan dan pergi ke caffe yang letaknya tidak jauh berada di depannya. Suara lonceng berbunyi ketika Adira membuka pintunya. Mengedarkan pandangan ke penjuru arah, begitu lambaian tangan dari seseorang terlihat, Adira melangkahkan kakinya mendekat.
Adira duduk di depan Nata yang kini tersenyum ke arahnya. Ia baru pertama kali melihat senyuman Nata yang terlihat tulus. Adira merasa kalau Nata menjadi lebih kurus, pipinya tirus, mungkin berat badannya juga menurun.
“Nat, gimana kabar lo?” tanya Adira berbasa-basi.
“I'm totally fine, Ra. Gimana sama lo? Has your life been okay so far?” balas Nata dengan pandangan lurus menatap manik Adira.
Adira mengangguk dan tersenyum, “so far so good,” jawabnya.
Nata meletakkan kedua tangannya di atas meja, memainkan jari-jarinya dan menundukkan kepalanya. Ia menghela nafasnya sesaat sebelum ia kembali mendongakkan kepalanya dan menatap Adira.
“Adira, gue mau minta maaf sama lo. Gue tau kalau gue udah ngelakuin kesalahan terbesar di masa lalu, dan sekarang gue nyesel. Gue nyesel udah bikin lo sama Jinan putus. Gue udah bikin hidup kalian berantakan. Terlebih Jinan ... Dia jadi anak yang suka ngerokok semenjak kalian putus. Di situ gue merasa kasihan, tapi ambisi gue buat dapetin Jinan lebih besar dari rasa kasihan gue, Ra,” ucap Nata dengan mata yang mulai berkaca-kaca. “Jinan selalu bilang ke gue kalau dia cuma suka sama lo, cuma cinta sama lo. Bukan sama gue. Dan gue sadar kalau rasa cinta Jinan ke lo itu sangat besar, Ra. He loves you so much.”
Adira menggenggam tangannya yang berada di pangkuannya. Mendengarkan kalimat demi kalimat yang dilontarkan Nata. Ia mendengarkan dengan seksama perkataan Nata. Bahkan dirinya ikut terlempar di masa lalu ketika Nata mengatakan bahwa Jinan sangat mencintainya.
Ingatannya terlempar di masa-masa ketika ia masih berpacaran dengan Jinan. Satu-persatu kenangan dengan Jinan mulai kembali muncul ke permukaan. Kenangan yang manis, namun juga pahit.
Adira tersentak ketika Nata memanggilnya, “kenapa, Ra? Kok lo ngelamun?” tanya Nata.
Adira menggeleng, “gapapa kok. Lanjutin aja, Nat.”
Nata mengangguk, “gue selalu dibayang-bayangi rasa penyesalan gue. Gue bahkan baru berani nemuin lo setelah beberapa tahun, gue baru punya muka buat ketemu sama lo. Gue malu banget udah bikin lo ngerasain luka yang bener-bener butuh waktu lama buat nyembuhinnya. Gue minta maaf, beribu-ribu maaf gue ucapin buat lo. Gue minta maaf, Ra. Meski rasa minta maaf gue gak bakalan bisa nyembuhin rasa sakit hati lo dulu ... Gue bener-bener minta maaf sama lo.” Nata menundukkan kepalanya dan mulai terisak.
Adira yang melihat Nata mulai menangis pun berdiri dari duduknya dan duduk di samping Nata. Adira mengusap bahu Nata dan menyuruhnya untuk berhenti menangis, “Nat, jangan nangis. Gue udah maafin lo dari dulu kok. Meski gue masih marah sama lo, gue udah maafin lo, Nata. Jangan nangis,” ucapnya.
“Setelah ini gue gak bakalan ganggu hidup lo lagi, Ra. Gue bakalan menjauh dari hidup lo dan juga Jinan,” ucap Nata.
“Emang lo mau kemana?” tanya Adira penasaran.
“Gue bakalan menetap di luar negeri, bokap gue udah ngelarang gue balik ke Indonesia lagi dan gue setuju. Gue bakalan tinggal di rumah Mama gue yang ada di sana,” balas Nata.
“Nat, gimanapun kehidupan lo selanjutnya, gue harap lo bahagia dan bisa jalanin kehidupan lo dengan baik. Jangan ulangin kesalahan yang sama di masa depan nanti. Gue udah maafin lo kok, Jinan pasti juga udah maafin lo. Emm, mungkin see u when i see u again?” ucap Adira sambil tersenyum. Nata tersenyum dan memeluk Adira, keduanya saling berpelukan sebelum saling menjauh dan menjalankan kehidupan masing-masing.
“Makasih, Ra. Gue harap lo bahagia terus!” seru Nata. “Gue balik, ya. Bentar lagi pesawat gue mau take off.”
Adira membulatkan matanya, “eh, kok cepet banget?”
Nata terkekeh, “iya, biar gak lama banget. Eh, itu supir bokap gue udah dateng. Duluan, ya, Ra. Bye!” Nata melambaikan tangannya dan segera keluar dari caffe.
Adira dan Javiro melangkahkan kakinya masuk ke dalam toko cincin yang sudah menjadi tujuan mereka sejak kemarin, namun baru hari ini mereka memiliki kesempatan untuk datang. Ya, karena keduanya sibuk mengurusi sidang minggu depan. Jadi, hari ini adalah hari yang tepat.
Keduanya memilih cincin yang akan mereka beli untuk tunangan mereka nanti. Banyak cincin yang bagus dengan desain yang unik. Adira melihat sepasang cincin dengan berlian kecil di atasnya. Desainnya sederhana dan terlihat elegan.
“Eh, ini bagus, Jav,” ucap Adira menunjuk sepasang cincin yang menarik perhatiannya.
Javiro mengalihkan pandangannya dan melihat cincin yang di tunjuk Adira, “kamu mau yang ini?” tanyanya.
Adira mengangguk, “boleh, sih. Tapi, kalau kamu ada cincin yang lebih bagus, ya udah terserah kamu aja.”
Javiro tersenyum, ia mengusap kepala Adira. “Ini aja deh, aku setuju sama pilihan kamu. Desainnya unik.”
Adira tersenyum menatap Javiro, “ya udah, ini aja! Mbak, tolong dong cincin yang ini. Kita pilih cincin yang ini,” ucap Adira pada mbak-mbak yang menunggu mereka memilih cincin.
Kotak berisi sepasang cincin di keluarkan, keduanya menatap cincin itu dengan mata berbinar. Keduanya keluar dari toko cincin setelah membeli cincin yang mereka mau. Adira menggandeng lengan Javiro, ia menjadi tidak sabar untuk acara pertunangan mereka nanti.
“Aku gak sabar deh nanti acara tunangan kita,” ucap Adira sambil tersenyum. Javiro melirik Adira dengan senyuman yang tersungging di wajahnya, ia menatap ke depan dan fokus menyetir mobilnya. Sebelah tangannya yang tidak menyetir di gunakan untuk menggenggam tangan Adira.
“Sama dong, aku juga gak sabar,” timpal Javiro.
“Ini cuma temen-temen terdekat aja yang dateng, kan?” tanya Adira.
Javiro mengangguk, “emang kamu mau undang satu kampus buat dateng ke acara tunangan kita?” lalu ia terkekeh.
Adira mencebik, “enggak! Aku kan cuma nanya ajaaa.”
Javiro tersenyum, ia mengusak rambut Adira. “Iya deh iya.”
Keduanya saling melempar candaan selama di perjalanan pulang ke rumah Adira. Tidak ada kata sepi diantara mereka ketika keduanya sudah asik dalam dunianya. Mereka akan asik mengobrol dan bercandaan. Keduanya juga tidak menyukai keheningan. Makanya mereka berdua selalu berusaha mencari topik.