Ngambek

Killa menatap Aksara yang sedari tadi mengerucutkan bibirnya sembari memakan croissant yang tadi ia beli. Killa terkekeh ketika tahu kalau Aksara sedang merajuk padanya. Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu Aksara. Namun, Aksara berusaha untuk menghindarinya. Killa langsung mengaitkan tangannya di lengan Aksara, menahan laki-laki itu agar tidak pergi ke mana-mana.

“Bentar doang,” ucap Killa.

Hanya ada keheningan diantara keduanya. Killa merasa bingung dengan Aksara yang tiba-tiba mendadak manja padanya. Padahal Aksara akan bersifat manja padanya ketika sedang sakit saja. Laki-laki itu juga tidak sedang sakit, malahan sangat sehat.

“Masih ngambek?” tanya Killa. Tidak ada jawaban apapun dari Aksara. Killa menghela napasnya, “ngambek kenapa, sih? Gara-gara aku pulangnya telat?” Aksara mengangguk-anggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Kan aku tadi ada pertemuan sama dosen, Sa. Makanya lama. Masa ngambek?” ujar Killa sembari mengendus.

Aksara menolehkan kepalanya ke arah Killa. Gadisnya tampak kesal karena dirinya. Aksara terkekeh, ia hanya sedang menjahili kekasihnya. Rupanya Killa benar-benar kesal padanya. Killa menatap Aksara dengan tatapan bingung. Aksara mengecup rambut Killa, ia mengusap pipi Killa dengan perlahan.

“Bercanda aja, sayang. Aku gak ngambek, kok. Aku tadi cuma mau jahilin kamu aja,” ujar Aksara.

“Nyebelin!” seru Killa.

“Maaf, ya? Hehe.” Aksara menyengir.

“Kirain ngambek beneran,” kata Killa.

“Nggak, lah. Mana bisa aku ngambek sama kamu,” ucap Aksara.

“Sa, pengen pulang ke rumah,” ucap Killa secara tiba-tiba.

“Kenapa?” tanya Aksara sambil mengerutkan keningnya.

“Kangen sama semua orang yang di Bandung,” balas Killa dengan wajah murungnya.

Aksara mengulurkan tangannya untuk mengusap kepala Killa, “nanti kita pulang kalau libur, ya? Jangan sedih. Kan masih bisa video call dulu.”

“Iya, tapi, aku pengen peluk Mama,” kata Killa dengan suara bergetar menahan tangis.

Aksara langsung menarik Killa ke dalam dekapannya, mengusap rambut gadis itu dan mengucapkan kata-kata penenang. “Ssshhh, jangan nangis. Ada aku di sini, sayang. Nanti aku telepon Mama, ya? Kamu jangan sedih, jangan nangis. Nanti Mama khawatir liat mata kamu yang bengkak habis nangis.”

Killa semakin menenggelamkan dirinya di pelukan Aksara. Rasa rindunya terharap sang Mama tidak bisa ia tahan lagi. Rasa rindu kepada Mama, adik, dan kakaknya sangatlah besar. Tidak bisa dipungkiri kalau Killa juga sangat merindukan suasananya rumahnya. Namun, ia di sini untuk menuntaskan belajarnya dan mendapat gelar terbaik yang sudah ia impikan sejak dulu. Killa memeluk Aksara semakin erat. Dengan Aksara yang mengusap rambutnya dengan lembut. Perlahan-lahan gadis itu mulai menghentikan tangisannya dan diganti dengan suara dengkuran. Aksara tersenyum, ia bergerak dengan pelan agar tidak mengusik Killa yang tertidur di pelukannya. Aksara menggendong Killa ke kamar dan menidurkan gadis itu di kasurnya.