Night Drive
Adira keluar dari rumahnya setelah ia mengunci pintu rumahnya. Ia memakai celana panjang, kaos, dan juga jaket. Karena Javiro selalu membawa motor saat mereka night drive.
Adira menghampiri Javiro yang duduk di atas motornya. Ah, ngomong-ngomong mereka adalah tetangga. Rumah mereka bersebelahan. Makanya Adira selalu mengandalkan Javiro yang merupakan tetangganya sekaligus sahabatnya.
Mengandalkan dalam artian minta antar-jemput, ya. Bukan yang lainnya.
“Buruan naik, nanti kemaleman,” ucap Javiro.
Adira naik ke atas motor Javiro, duduk di bagian jok belakang.
“Udah, cepetan jalan,” kata Adira.
Javiro menjalankan motornya dan membawa keduanya pergi mengelilingi kota Jakarta. Malam ini cukup dingin, untungnya tadi Javiro mengingatkan Adira untuk memakai jaket.
Adira menikmati angin yang menerpa wajahnya. Rambutnya berterbangan karena dirinya tidak memakai helm.
“Lu mau mampir ke angkringan, gak?” teriak Javiro.
“HAH, APAAN? GAK DENGER,” balas Adira.
Javiro berdecak, “LO MAU MAMPIR KE ANGKRINGAN?”
“Oh, boleh deh. Gue laper,” balas Adira.
Javiro mengangguk lalu menyetir motornya menuju angkringan yang biasa mereka kunjungi.
Sampai di angkringan, keduanya turun dari motor dan memesan beberapa tusuk sosis dan lainnya. Keduanya duduk di pojok karena suasana di sana sedang ramai.
“Eh, lu kalo latihan futsal pasti ketemu Jinan, kan?” tanya Adira. Javiro hanya mengangguk.
“Dia orangnya gimana?! Galak? Atau malah biasa aja?” tanya Adira dengan antusias.
“Ya menurut lu aja gimana,” sahut Javiro.
“Ih, gue kan nanya lo.” Adira cemberut.
“Dia baik kok, gak serem. Asik juga anaknya, enak di ajak ngobrol,” ucap Javiro.
Adira mengangguk, “ah, kapan ya gue bisa deket sama Jinan. Biar bisa ngobrol sama dia.”
“Ngimpi aja, gak usah ngarep,” kata Javiro.
Adira berdecak, ia lanjut bercerita tentang Jinan pada Javiro. Sedangkan Javiro hanya diam mendengarkan cerita Adira.
Javiro melihat Adira yang sangat antusias saat bercerita tentang Jinan. Gadis itu seperti memiliki binar di matanya saat bercerita tentang Jinan. Javiro diam-diam tersenyum.
“Sesuka itu ya lo sama Jinan, Dir?”