Pulang bareng
–10.00 pm.
Orel yang sedang menonton film di laptopnya, dia mulai merasa mengantuk. Kepalanya terkantuk-kantuk, matanya memejam. Ia sudah bisa menahan rasa kantuknya.
Orel menguap dan melihat jam di hpnya. Masih pukul setengah sembilan malam. Gadis itu menghela nafasnya, ia bosan. Sangat bosan.
Tapi, dia harus menerima nasibnya. Gara-gara kecerobohannya yang salah akun, sekarang ia harus menemani laki-laki itu setiap Jumat.
“Lama banget, buset. Jamnya kayak gak berjalan,” kata Orel.
Gadis itu menidurkan kepalanya di meja dan mulai memejamkan matanya. Rasa kantuknya sudah tidak bisa ia tahan lagi. Orel pun terlelap.
Rajendra baru saja selesai siaran podcast. Sekarang sudah pukul sepuluh malam. Artinya siaran sudah selesai, Rajendra bisa pulang sekarang.
“Makasih buat hari ini, semangat terus buat minggu depan!”
“Terimakasih, kak. Gue izin pulang, ya. Ada temen yang nunggu di ruang OSIS,” ucap Rajendra.
“Eh, ada temen lu di sini? Ngapain?”
“Nemenin gue siaran.” Rajendra terkekeh.
“Waduh, pasti cewek. Ya udah, sana susulin. Kasian dia sendirian.”
“Iya, kak. Duluan, yo!” Rajendra mengambil tasnya lalu keluar dari ruangan siaran podcast.
Kakinya melangkah menuju ruang OSIS. Pintu ruangan itu di tutup, Rajendra membukanya perlahan. Sedikit mengintip ke dalam, mendapati Orel yang sedang tertidur.
Rajendra masuk ke dalam dengan perlahan, takut membangunkan Orel yang sedang tertidur.
Rajendra tersenyum, “pasti gara-gara kelamaan nungguin gue.”
Lalu Rajendra membangunkan Orel, menepuk pipi gadis itu berulang kali. Sampai Orel terbangun dari tidurnya.
“Eh, lo udah selesai, kak?” tanya Orel.
“Hm, ayo pulang.” Rajendra membantu Orel merapihkan barangnya.
Keduanya berjalan menuju parkiran, karena motor Rajendra ada di sana. Orel menunggu Rajendra yang sedang memundurkan motornya.
“Nih, pakai jaketnya.” Rajendra memberikan jaketnya pada Orel.
“Hah? Gak usah, kak. Gue gapapa kok kayak gini,” tolak Orel.
“Ck, baju lo itu lengan pendek. Pakai jaketnya. Nanti lu masuk angin, gue yang di marahin bang Manu,” ujar Rajendra.
Orel menerima jaket Rajendra dengan ragu-ragu, lalu memakainya. Aroma khas Rajendra langsung menusuk indera penciuman Orel saat ia memakai jaket laki-laki itu.
Keduanya pun meninggalkan sekolahan, Rajendra mengantar Orel ke rumahnya. Orel sangat senang sekaligus deg-degan, karena ini pertama kalinya ia di antar pulang oleh Rajendra.
Apalagi Rajendra itu crushnya. Rasa senangnya berkali-kali lipat. Diam-diam Orel tersenyum melihat wajah Rajendra dari spion motor.
“Makasih udah nganterin gue, kak,” kata Orel sambil tersenyum.
Rajendra mengangguk, “masuk sana. Gue pulang duluan.”
Orel mengangguk lalu bergegas masuk ke rumahnya, tapi Rajendra kembali memanggilnya.
“Balikin jaket gue,” ucap Rajendra.
“Eh?” Orel langsung melepaskan jaketnya dan memberikannya ke Rajendra, “hehe, makasih juga buat jaketnya. Kak Rajendra hati-hati di jalan, ya. Daaahhh!”
Orel masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan Rajendra yang masih terdiam di atas motornya. Rajendra memakai jaketnya lalu bergegas pergi dari rumah Orel.