Siap menjadi menantu idaman.
Kini keluarga Orel dan keluarga Rajendra sedang makan malam bersama di rumah Orel. Suasananya cukup hangat karena kedua belah pihak membicarakan banyak hal, tentang anak-anaknya dan juga tentang kehidupan anak-anak mereka kedepannya. Namanya saja orang tua, semua hal di bicarakan. Anak-anak hanya mendengarkan obrolan para orang tua.
“Rajendra baru selesai ujian, ya?” tanya Arnold, ayah dari Orel dan Manuel.
Rajendra mengangguk, “iya, Yah,” jawab Rajendra dengan sopan. Orel dan Rajendra sudah terbiasa memanggil orang tua masing-masing dengan sebutan Ayah dan Bunda seperti yang mereka suruh. Katanya agar mereka berdua terbiasa.
“Wah, bentar lagi masuk kuliah dong,” kata Arnold.
“Yoi, anak gue udah gede,” sahut Jiwa, Ayah dari Rajendra. Para bapak-bapak memang mengobrol seperti anak remaja, pakai ‘lo-gue.’ Jadi harap maklum.
“Tinggal nunggu anak gue lulus aja,” ucap Arnold.
Orel menatap kedua orang yang sedang berbicara itu dengan tatapan bingung, “emangnya mau ngapain?”
“Nikahin kamu sama Rajendra, lah,” jawab Arnold dengan santainya. Membuat Orel tersedak, ia langsung buru-buru mengambil minum. Sedangkan Rajendra dan Manuel hanya tertawa. Orel menunduk malu, bisa-bisanya Ayahnya berkata seperti itu dengan santainya.
Kini mereka sudah selesai makan malam. Arnold dan Jiwa sedang bermain catur bersama. Rajendra, Manuel, dan Nadira, Bunda dari Orel, mereka sedang mengobrol bersama. Sedangkan Orel dan Kaira, Bunda dari Rajendra, mereka sedang mengobrol berdua.
“Orel, cantik banget kamu. Pantesan Rajendra sayang banget sama kamu,” puji Kaira sambil membelai rambut Orel.
Orel tersenyum, “makasih, Bunda. Bunda juga cantik banget.”
Kaira terkekeh, “selama pacaran sama Rajendra, kamu gak di apa-apain kan sama dia? Rajendra pernah bikin kamu nangis gak, sayang? Nanti biar Bunda marahin kalau sampai berani bikin kamu nangis.”
Orel tersenyum, Kaira sangat menyayangi Orel seperti anaknya sendiri. Pantas saja Rajendra bilang kalau keduanya sangat dekat, memang kenyataannya seperti itu. Orel dan Kaira sangat dekat, seperti ibu dan anak.
“Kak Rajendra gak pernah bikin aku nangis kok, Bun! Dia malah selalu bikin aku seneng, ketawa terus, bikin aku senyum jugaaa. Kak Rajendra baik banget sama aku. Bahkan dia selalu ngejaga aku waktu di sekolah, dia bener-bener jagain aku dengan baik. Anak Bunda selalu baik kok, Bun ....” ucap Orel. Ia berbicara dengan nada antusiasnya.
Kaira tersenyum melihat Orel yang sangat antusias menceritakan anaknya, “Kamu tau gak, sih? Rajendra selalu ceritain kamu ke Bunda.”
Orel menatap Kaira dengan tatapan penasaran, “oh, ya? Cerita gimana, Bun? Dia gak ceritain yang aneh-aneh, kan?”
Kaira menggeleng, “dia cerita, katanya pacar itu cantik banget. Dan ternyata kamu emang cantik banget. Meski kita udah ketemu beberapa kali, Bunda gak pernah bosen buat bilang Orel cantik. Rajendra bilang kalau kamu selalu menemani dia, kamu selalu menjaga dia, kamu selalu bikin dia tersenyum. Rajendra bilang, kamu itu cengeng. Katanya kamu suka nangis kalau nonton film, sampe kamu nelfon Rajendra sambil nangis-nangis dan bikin dia khawatir. Rajendra juga pernah bilang kalau kamu anaknya suka kesakitan waktu hari pertama datang bulan, makanya Rajendra selalu izin ke Bunda buat pulang telat karena nemenin kamu .... Orel, kamu beruntung, nak .... Kamu jadi orang yang di sayangi dan di cintai oleh Rajendra.” Kaira mengusap pipi Orel yang basah karena gadis itu menangis. Rajendra benar, Orel itu cengeng. Buktinya sekarang gadis itu menangis karena terharu dengan perkataan Kaira.
“Rajendra juga selalu bilang kamu cantik, dia selalu bilang kalau kamu bakalan jadi istrinya.” keduanya tergelak. “Bunda juga seneng kalau kamu jadi istrinya Rajendra. Nanti kita bisa masak bareng, shopping bareng.” Kaira terkekeh, ia mengusap tangan Orel.
“Bundaaaa, aku terharu banget. Mau nangis aja rasanya,” kata Orel dengan suaranya yang bergetar.
Kaira tertawa, “ah, kamu ini jangan nangis dong. Nanti cantiknya hilang. Coba kamu senyum, pasti cantik banget, manis banget kayaknya ....” lalu Orel tersenyum, membuat Kaira ikut tersenyum.
“Bunda, makasih ya udah mau nerima aku. Aku seneng banget waktu Bunda mau ketemu aku dan ngajak aku masak bareng. Aku sampai nyiapin semuanya biar pas ketemu Bunda, aku gak bikin kericuhan. Bunda baik banget, sama kayak anaknya,” ucap Orel.
“Bunda juga berterimakasih sama kamu, nak Orel. Makasih udah mau menemani Rajendra. Kadang dia tidak mau cerita sama Bunda kalau lagi ada masalah, harus di desak dulu baru mau cerita. Bunda titipin Rajendra sama kamu, ya. Dia kelihatan bahagia waktu sama kamu,” ucap Kaira dengan matanya yang mulai berkaca-kaca.
Orel memeluk Kaira dengan erat, Kaira mengusap punggung Orel. Beliau meneteskan air matanya, Orel bisa merasakan itu. Orel mengusap punggung Kaira dengan pelan, Kaira sudah ia anggap seperti Bundanya. Orel menatap Rajendra yang sedang menatapnya, keduanya tersenyum.