Sorry, I'm late.
Aksara terengah-engah karena ia membawa motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia terlalu kalut setelah mendapat pesan dari Aji. Ia memasuki rumah yang cukup sepi itu. Dilihatnya ada pecahan kaca di ruang tamu. Tanpa berkata-kata, Aksara langsung berlari ke kamar Killa.
Aksara masuk ke dalam kamar Killa. Ia melihat Aji yang menangis di samping kakaknya, kemudian ia melihat Killa yang berada di lantai. Entah Killa pingsan atau tertidur. Aksara langsung mendekati keduanya. Dilihatnya tangan yang sudah diperban. Aksara menatap Aji yang menangis tanpa bersuara.
“Ji, gak apa-apa. Kakak lo gak bakalan kenapa-napa. Lo tau, kan? Dia anaknya kuat. Jadi, lo gak usah khawatir,” ucap Aksara menenangkan Aji.
“Kak Killa kayak gini lagi, Bang. Gue gak bisa lihat dia kayak gini, gue takut. Tadi gue sendirian di sini, terus Mama sama Papa dateng, mereka berantem. Habis itu Kak Killa dateng, dia nyuruh gue buat dengerin lagu biar gak dengerin suara mereka berantem. Kayaknya Kak Killa juga dipukul sama Papa. Papa jahat, Bang. Papa brengsek. Gue takut Kak Killa kenapa-napa,” ucap Aji sambil terisak.
Aksara terdiam mendengarkan semua cerita Aji. Hatinya juga terasa sakit. Ia mendongakkan kepalanya untuk menahan air matanya agar tidak jatuh. Killa juga sama hancurnya dengan dirinya.
“Ji, kita bawa Killa ke rumah sakit sekarang. Kalo Bang Arka belum dateng juga, lo telpon dia terus suruh dia ke rumah sakit. Nanti lo ke rumah sakit sama dia, oke? Gua mau bawa Killa ke rumah sakit naik taxi,” ujar Aksara. Aji mengangguk sebagai jawaban.
Aksara mengangkat perlahan tubuh lemah Killa, ia menggendongnya dan membawanya keluar dari rumah. Di depan rumahnya sudah ada taxi yang tadi Aksara suruh untuk mengikutinya. Aksara segera masuk ke dalam taxi, kemudian mobil itu membawa mereka ke rumah sakit.
Aksara melihat Killa yang berada di pangkuannya. Air matanya mengalir karena ia merasa gagal menjaga kekasihnya. Ia menatap wajah gadisnya yang penuh dengan luka, dan juga tangannya yang diperban. Dadanya terasa sangat sesak.
“Sorry, i'm late,” bisik Aksara.
Berjam-jam menunggu Killa sadar, akhirnya gadis itu sudah siuman. Lukanya juga sudah diobati. Killa butuh waktu untuk beristirahat, untungnya ujian sudah selesai. Arka dan Aji juga sudah berada di rumah sakit. Mereka juga membawa Winda ke rumah sakit untuk diobati.
Aksara masuk ke dalam ruangan Killa, ia melihat Killa yang sedang menatap jendela dengan pandangan kosong. Aksara menarik kursi yang berada di sana untuk lebih dekat dengan ranjang Killa. Suara deretan kursi membuat Killa membalikkan tubuhnya dan mendapati Aksara yang tersenyum ke arahnya.
“Aksa ....,” panggilnya dengan suara pelan.
“Iya, aku di sini,” sahut Aksara.
“Sa, takut ....”
“Gak perlu takut, kamu udah aman sama aku. Aku, Bang Arka, Aji, kita semua bakalan jagain kamu.”
“Kalau Papa datang lagi, gimana?”
“Gak akan, dia gak akan akan datang lagi.”
“Mau peluk, boleh?”
“Boleh, dong.”
Dengan hati-hati, Aksara membantu Killa untuk duduk. Kemudian ia memeluk Killa dengan perlahan-lahan, berusaha untuk membuat gadisnya merasa tenang di pelukannya. Ia mengusap surai milik Killa dengan lembut. Killa menenggelamkan wajahnya di dada bidang Aksara, ia menghela napasnya berulang-ulang. Ia masih teringat kejadian sore tadi.
“Kamu udah makan?” tanya Aksara. Hanya gelengan yang ia dapati sebagai jawaban.
“Makan dulu, ya? Nanti kamu sakit,” ucap Aksara.
“Aku kan udah sakit,” ucap Killa.
“Enggak, kamu gak sakit. Kok ngomongnya gitu, sih? Kamu gak sakit, Killa. Jangan bilang gitu, aku gak suka,” ucap Aksara.
“Maaf,” cicit Killa.
“Gak dimaafin kalau kamu gak mau makan,” kata Aksara.
“Ah, kamu pasti gitu,” rajuk Killa.
“Ya udah kalau gak mau makan, aku pulang aja,” ucap Aksara sambil menahan senyumnya.
“Aksaaaa,” rengek Killa. Ia mendongakkan kepalanya, menatap Aksara dengan wajah cemberutnya.
Aksara terkekeh, ia merasa gemas dengan Killa. “Gemes. Makanya makan dulu, ya? Biar perutnya ke isi, jangan kosong gitu. Kasihan perut kamu. Mau, ya?” Akhirnya Killa menganggukkan kepalanya. Aksara tersenyum, ia melepas pelukannya dan mengambil sepiring makanan yang sedari tadi belum tersentuh. Dengan telaten ia menyuapi Killa hingga makanan itu habis tak tersisa.