Surprise and happiness until the end.

Hari ini, 23 Oktober 2033 adalah ulang tahun Rajendra yang ke-29 tahun. Usianya yang sudah bertambah tua, wajahnya juga sudah terlihat keriput, tapi tidak memudarkan ketampanannya sejak ia masih muda.

Perayaan ulang tahun Rajendra sangat sederhana, tidak terlalu mewah, namun elegan. Hanya kerabat terdekat dan keluarga yang datang di perayaan ulang tahunnya. Atas permintaan sang istri kemarin, akhirnya Rajendra menurutinya.

Orel juga sudah menyiapkan kejutan yang akan ia berikan kepada Rajendra. Ia menjadi sangat tidak sabar karena dirinya sudah menunggu hari ini tiba.

Orel menggandeng Jena yang tampak cantik dengan gaun yang sama dengan sang Bunda, mereka berdua menghampiri Rajendra yang berdiri di depan kue. Mereka akan meniup lilin bersama-sama. Setelah lilin padam, semua orang bertepuk tangan. Rajendra memotong kuenya dan memberikan potongan kue itu kepada sang Bunda, Ayah, istri, lalu anaknya.

Orel mengkode Caca untuk menggendong Jena, Caca langsung menggandeng Jena dan menggendongnya. Caca berbisik pada Jena bahwa sebentar lagi akan ada kejutan untuk Ayahnya dan dirinya. Jena mendadak menjadi antusias dan tidak sabar menunggu kejutan yang akan di berikan sang Bunda.

Orel menghampiri Rajendra dengan kotak yang sudah ia hias di tangannya, “selamat ulang tahun, mas Rajendra! Udah tambah tua, semoga semakin sayang keluarga, jangan terlalu keras buat kerja, ya? Nanti kamu kecapekan. Sekali-kali luangin waktu buat Jena sama aku. Aku gak minta apa-apa selain kamu sehat selalu dan cuma mau kamu dan keluarga kita bahagia selamanya.”

Rajendra tersenyum menatap Orel, ia memajukan tubuhnya dan mengecup kening sang istri. “Makasih, sayang. Makasih banyak karena udah nemenin aku sampai sekarang. Aku beruntung karena Tuhan menakdirkan kita buat bareng-bareng sampai sekarang, bahkan kita di beri anugerah satu anak perempuan cantik.”

Orel tersenyum, “anugerah dari Tuhan bukan Jena aja, mas.”

Rajendra mengerutkan keningnya, tidak paham dengan perkataan Orel. “Maksudnya?”

Orel memberikan kotak yang ia pegang, Rajendra menerima kotak itu dan menatap Orel ragu-ragu. Orel menyuruh Rajendra untuk membuka kotaknya. Rajendra membuka kotaknya perlahan. Matanya membulat ketika menemukan benda panjang pipih dengan garis dua, ia menatap Orel tidak percaya. Matanya berkaca-kaca, Rajendra langsung memeluk Orel dengan erat. Ia menangis terharu sekaligus tangisan kebahagiaan.

Orel mengusap bahu Rajendra, “selamat karena sebentar lagi bakalan jadi Ayah dari dua anak,” bisiknya.

Tangisan Rajendra semakin deras, orang-orang menatap keduanya kebingungan. Rajendra melepaskan pelukannya, ia menatap Jena yang sedang di gendong Caca. Rajendra menyuruh Jena untuk mendekat ke arahnya. Jena turun dari gendongan Caca dan berlari ke pelukan Rajendra. Rajendra mengecup kepala Jena berulangkali.

“Aduh, Ayah kenapa nangis?” tanya Jena, menatap Ayahnya yang tersenyum padanya.

“Jena, kamu tau gak kejutan yang di kasih Bunda?” tanya Rajendra, menyuruh sang anak untuk menebaknya.

Jena menggeleng, “gak tau, emang apa, Ayah?”

“Jena sebentar lagi jadi kakak, Jena bakalan punya adek bayi.” ucapan Rajendra sukses membuat semua orang berteriak senang.

Mereka semua langsung memeluk Orel dan Rajendra, juga memberikan selamat kepada keduanya. Tak lupa memberi selamat kepada Jena yang sebentar lagi akan menjadi kakak.

“Adeknya kakak, selamat! Bentar lagi aku punya ponakan lagi,” ucap Manuel sambil memeluk Orel.

“Selamat, ya!” ucap Kaira, istri Manuel, ia juga memeluk Orel.

“Bro, selamat bentar lagi punya anak lagi,” ucap Jemy sambil merangkul Rajendra.

“Jena, asik bentar lagi punya adek,” kata Haikal kepada Jena.

“Iya dong, bentar lagi Jena jadi kakak! Nanti adek bayinya mau Jena ajak main!” ucap Jena, semua orang tertawa karena melihat tingkahnya yang sangat menggemaskan.

Rajendra menghampiri Orel dan memeluk istrinya sekali lagi. Ia sudah menduga kalau Orel sedang hamil karena akhir-akhir ini istrinya selalu meminta ini itu dan porsi makannya mendadak banyak. Rajendra mengecup kepala Orel sangat lama. Orel memejamkan matanya, ia tersenyum ketika Rajendra mengusap kepalanya dan menatapnya dengan penuh rasa sayang.

“Makasih, ya? Makasih udah mau jadi istriku, makasih udah mau mengandung anak-anakku, makasih banyak. Makasih udah mau terima semua kekurangan aku. Maaf, kalau aku belum bisa bikin kamu sama Jena bahagia. Aku cinta sama kamu, Orel. Sampai akhir nanti, aku bakalan tetep cinta sama kamu,” ucap Rajendra. Ia menggenggam tangan Orel dengan erat. Mengalihkan pandangannya pada perut Orel yang masih rata dan mengusapnya, senyuman terukir di wajahnya.

Orel tersenyum, “mas, kamu itu udah cukup buat aku. Kamu udah bikin aku sama Jena bahagia, bahagia yang sesungguhnya. Kamu selalu punya cara buat bikin kita bahagia, mas. Jadi, jangan merasa belum bisa bahagiain aku sama Jena. Makasih, ya? Makasih udah mau jadi suami dan Ayah yang baik, makasih banyak. Aku juga cinta banget sama kamu, mas. Bahkan sampai kita mati nanti, aku tetep cinta sama kamu. I love you, and I will always love you.

Keduanya saling berpelukan dengan senyuman yang tak luput dari wajah mereka. Jena yang melihat orang tuanya berpelukan pun ikut memeluk kedua orang tuanya. Mereka berpelukan, menyalurkan rasa sayang dan cinta yang mereka miliki. Potret ketiganya di ambil dan hasilnya sungguh sangat indah. Potret yang akan selalu menjadi kenangan terbaik dalam hidup mereka.

Dan ini adalah akhir dari cerita mereka, mereka akan tetap saling mencintai dan tetap bersama sampai tua nanti, sampai mereka menjadi nenek, sampai maut memisahkan mereka. Mereka akan saling mencintai. Selamanya.

END