This is destiny.
Acara pertunangan Adira dan Javiro sudah berlangsung sejak 15 menit yang lalu. Mereka berdua sudah saling bertukar cincin. Tepukan meriah dari orang-orang yang datang di acara mereka terdengar ketika keduanya memamerkan cincin yang terpasang di jari manis mereka.
Kini orang-orang yang datang sedang asik menjamu. Adira menghampiri teman-temannya yang langsung menyambutnya dengan heboh. Teman-temannya memberi selamat untuknya dan Javiro yang resmi bertunangan hari ini.
“Selamat, sayangku. Temen gue udah tunangan aja,” ucap Kamala pada Adira.
Adira terkekeh, “kapan-kapan lo nyusul deh.”
“Dia kan gak ada calonnya,” sahut Edrea lalu tertawa.
“Lo aja sana sama si Adam,” timpal Javiro yang merangkul bahu Adam. Edrea dan Adam sontak protes karena mereka yang menjadi sasaran.
Mereka mengobrol selama tamu lainnya sedang menjamu. Adira tidak sengaja menatap ke arah pintu masuk, ada Jinan dan teman-temannya yang datang. Jinan dan teman-temannya mendekati tempat duduk Adira dan teman-temannya. Adira langsung membuang mukanya ketika melihat Jinan mendekat.
“Bro, selamat udah tunangan,” ucap Yoga.
“Haha, thanks,” balas Javiro. Ia dan Yoga melakukan tos ala laki-laki.
Satu-persatu mengucapkan selamat kepada Javiro dan Adira. Sekarang giliran Jinan yang belum mengucapkan selamat kepada keduanya. Senyumnya ia tampakkan, Jinan melangkahkan kakinya lebih dekat dengan Javiro yang menatapnya tanpa ekspresi.
“Congrtas, Jav. Semoga lancar sampai kalian nikah nanti,” ucap Jinan. Mengulurkan tangannya memberi selamat kepada Javiro.
Javiro menjabat tangan Jinan, menyunggingkan senyum tipisnya. “Makasih, ya. Cepet nyusul.”
Jinan terkekeh, ia menatap Adira yang juga menatapnya. Perempuan cantik yang dulu ia puji karena kecantikannya dan kebaikannya, perempuan yang dulu ia pamerkan kepada teman-temannya dengan embel-embel sebagai kekasihnya. Sekarang perempuan itu berdiri di hadapannya, jari manisnya sudah terpasang cincin yang sangat cocok di jari lentiknya. Perempuan yang dulu sempat menjadi miliknya, kini sudah menjadi milik orang lain. Takdir memang tidak terduga.
Jinan tersenyum menatap Adira, ia menghela nafasnya sebelum melontarkan kalimat. “Selamat, ya, Ra. Akhirnya lo nemu cowok yang pas buat jagain lo seumur hidup lo. Gue harap lo bahagia sama Javiro sampai kalian jadi kakek-nenek. Gue harap gak ada kesedihan di hidup lo setelah ini. Sekarang lo udah jadi milik orang lain, not mine anymore. Meski gitu, gue bahagia selama lo bahagia. Sekali lagi, selamat buat kalian berdua. Gue ikut seneng. Doain gue cepet nyusul.”
Adira tersenyum mendengar kata-kata yang di ucapkan Jinan, hatinya menghangat karena kini Laki-laki itu perlahan sudah melepasnya. Ya, memang seharusnya begitu. “Makasih, Ji. Makasih banyak, ya. Gue harap lo juga bahagia, temuin kebahagiaan lo dan cepet nyusul!”
Jinan tersenyum sebagai balasan. Kini mereka mengambil foto bersama sebagai kenangan di hari pertunangan Javiro dan Adira. Mengambil beberapa foto dengan pose yang berbeda-beda. Foto-foto yang akan mereka ingat, hari dimana hari bahagia Javiro dan Adira. Dan kini, Javiro dan Adira hanya menunggu hari dimana mereka akan memulai kehidupan baru.
Takdir, ya? Takdir tidak ada yang tau selain Tuhan. Dan kita hanya perlu mengikuti alur dan kita akan menemukan takdir kita yang sebenarnya setelah kita sampai diujung alur cerita kita. And now the story of Adira and Jinan is finished. Let Jinan find his happiness and Adira who is happy with Javiro.
END