Truth
Anora duduk di depan Nathan dengan canggung, meski sedari tadi Nathan terus mengeluarkan gombalan dan melakukan flirting padanya. Tidak lama bertemu dengan laki-laki itu membuatnya menjadi canggung meski mereka masih terikat dalam sebuah hubungan.
“Kamu masih canggung sama aku?” tanya Nathan yang menyadari gelagat Anora.
Anora berdehem, “Iya, hehe. Maaf. Aku lama gak ketemu kamu, jadinya agak awkward.”
Nathan terkekeh, “Gapapa. Tapi, sekarang harus terbiasa, ya? Aku udah di sini lagi, di samping kamu lagi.”
Anora menganggukkan kepalanya, “Oh iya, emang ini gak bakalan ketauan kalau kita ketemuan gini, Nath?”
“I’m not sure, but I told my manager about everything,” jawab Nathan.
“What if we get caught?” tanya Anora.
“We just need to confirm it and publish our relationship?” Nathan berucap dengan alis yang dinaikkan sebelah.
“Gampang banget kamu ngomongnya!” seru Anora.
Nathan tertawa, “Emang kamu gak mau?”
“Ya, mau ....,” lirih Anora.
“Lagian kita yang jalanin hubungan, kita juga hampir lima tahun bareng. Meski aku sempet gak sama kamu selama beberapa tahun, maaf. They don’t need to interfere in our relationship because they don’t know about us. We just need to focus on our relationship only. So it’s okay if everyone finds out that we’re dating, okay? There’s no need to be afraid about anything. I will always be here with you,” ujar Nathan. Ia meraih tangan Anora yang berada di atas meja, mengusap punggung tangan sang kekasih dengan senyum di wajahnya.
Anora tersenyum, “Thank you. So, when do you want to explain?”
“Now. I’ll explain everything.”