We don't accept new friends.
Adira tampak gelisah, ia menengok ke arah Nata berjalan ke arah dirinya dan teman-temannya. Teman-temannya tidak ada yang menyadari keberadaan Nata. Adira menghela nafasnya, ia harus siap bercecok dengan Nata. Karena Nata sangat suka membuatnya emosi. Sudah hampir satu minggu Nata bersekolah di tempat yang sama dengannya, sudah satu minggu pula Nata selalu membuatnya emosi ketika mereka bertemu.
“Hai.”
Suaranya membuat Edrea, Kamala, Javiro, dan Adam menghentikan obrolan mereka dan menatap Nata dengan tatapan tidak suka. Mereka menatap Adira dengan tatapan bertanya, Adira hanya mengangkat kedua bahunya acuh.
Nata tersenyum sok manis kepada teman-teman Adira dan juga pada Adira. Di belakangnya ada Jinan dengan nafas tersengal-sengal, mungkin habis berlari karena mengejar Nata kemari. Adira melirik Jinan, Jinan juga menatap Adira dengan tatapan memelasnya.
“Hai, aku Nata! Kalian pasti udah tau aku kan, ya? Soalnya kan aku di omongin terus di sekolahan,” ucap Nata. Membuat semua yang mendengarnya mendengus malas.
“Ngapain lo tiba-tiba dateng ke sini?” tanya Edrea.
Nata melirik Adira, “aku udah bilang Adira kok.”
Sontak semuanya menatap Adira dengan tatapan bertanya. Adira yang mendengarnya pun berusaha untuk mengontrol emosinya.
“Lo gak bilang ke gue ya, Nat. Gue juga gak ngajak lo buat dateng ke sini!” kata Adira dengan nada yang ia tekankan.
“Ih, kok kamu gitu sih sama aku? Jinan, liat nih pacar kamu.” Adira memutar kedua bola matanya saat mendengar Nata yang mengadu pada Jinan.
Jinan tampak kesal juga, laki-laki itu menghela nafasnya. Berusaha untuk sabar menghadapi Nata.
“Lo gak usah bohong deh, Nat! Jelas-jelas lo langsung lari ke sini pas liat Adira di sini. Adira tadi juga bilang ke gue!” ucap Jinan.
Kamala terkekeh, “lo itu gak di ajak,” ejeknya.
“Udah, sana lo pergi. Ganggu aja,” usir Edrea.
Sementara Javiro dan Adam hanya menyimak. Nata sepertinya terlihat kesal, tapi gadis itu berusaha untuk tetap tersenyum. Ia menatap satu-satu teman-teman Adira. Begitu Nata melihat Adira, Nata menatap Adira dengan tatapan sinisnya. Tentu saja semuanya menyadari hal itu. Nata, gadis bermuka dua. Yang bisa merubah dirinya menjadi sok baik dan jahat pada semua orang.
“Btw, Nat, lo kalau mau pulang mending pulang sendiri aja. Jinan sama gue! Satu lagi, bawa sendiri belanjaan lo itu. Gak usah nyuruh Jinan buat bawain belanjaan lo. Lo pikir dia babu lo?!” ucap Adira dengan menggebu-gebu.
Nata mendengus, “ngeselin banget, sih! Jinan sama aku! Jinan, ayo pulang. Males banget sama mereka semua.”
“Ya udah sana pulang. Gak ada juga yang ngundang lo dateng ke sini,” sahut Adam.
“Oh iya, tadi kan Adira bilang ke kita kalau lo mau masuk ke circle kita,” kata Javiro. “Sorry ya, We don't accept new friends.”
Nata semakin kesal ketika Javiro mengatakan itu. Ia menarik Jinan, membawanya pergi. Mungkin Nata malu karena ia yang tiba-tiba datang ternyata di usir di depan banyak orang. Jinan menatap ke belakang, menatap Adira dengan cemas. Sedangkan Adira tersenyum, ia melakukan gerakan ‘nanti aku chat’ dengan tangannya. Jinan mengangguk, ia mengikuti langkah Nata dengan terpaksa.