We're done!

cw // fight , berantem , harshwords.

Adira keluar dari kamar mandi dengan mata sembabnya. Ia habis menangis sampai kepalanya terasa pusing. Saat ia keluar dari kamar mandi, semua orang menatapnya dengan tatapan iba. Membuat Adira merasa malas. Ia tidak perlu di kasihani dan di tatap seperti itu karena dia bukan gadis yang lemah. Tapi kamu menangis, Adira? Adira menangis untuk meluapkan rasa marahnya pada dirinya, pada Jinan, dan juga Nata.

Adira berniat untuk kembali ke kelasnya karena teman-temannya mencarinya. Tapi lengannya di tarik oleh seseorang, membuatnya hampir terjungkal ke belakang. Itu Jinan. Jinan menatap Adira dengan memelas, bahkan matanya berkaca-kaca.

Adira, aku minta maaf. Kamu salah paham,” ucap Jinan.

Kamu gak salah, Jinan,” ucap Adira dengan suaranya yang bergetar.

Ra, aku minta maaf. Kamu boleh pukul aku, kamu boleh marah sama aku, gapapa. Ayo marah aja, pukul aja. Jangan diem dan nangis kayak gini,” kata Jinan. Ia menggenggam erat tangan Adira.

Jinan, kamu tau kan kalau perbuatan kamu itu salah? Kenapa kamu enggak dorong Nata? KENAPA KAMU DIEM AJA?!” Adira kembali menangis setelah berteriak di hadapan Jinan. Adira kembali terisak, hatinya sakit mengingat kejadian beberapa menit yang lalu.

Jinan memejamkan matanya saat mendengar tangisan Adira. Tangisan yang di sebabkan olehnya. Tangisan yang membuat hatinya ikut sakit.

Adira, aku gak bisa ngapa-ngapain soalnya aku ngeblank. Makanya aku diem aja,” jelas Jinan.

Bilang aja kamu keenakan! Bilang aja kalau kamu masih cinta sama Nata dan kamu cuma main-main aja sama aku!” ucap Adira dengan nafasnya yang menggebu.

Adira!” bentak Jinan, membuat Adira terkejut. Adira menatap Jinan dengan takut, selama ini Jinan belum pernah membentak Adira sekalipun. Hari ini, laki-laki itu membentak kekasihnya untuk yang pertama kalinya.

Jinan tersadar karena telah membentak Adira, ia berusaha untuk meraih tangan Adira. Tapi Adira memundurkan langkahnya.

K–kamu jahat, Ji,” ucap Adira dengan suara bergetar.

Adira, aku minta maaf–

Bugh

Jinan tiba-tiba oleng ke samping saat kepalanya di tinju oleh Javiro. Semua yang melihatnya berteriak histeris. Javiro kembali memukuli Jinan dengan brutal, ia merasa marah pada Jinan karena telah menyakiti Adira. Padahal Jinan sudah berjanji padanya kalau ia akan menjaga Adira dan tidak membuatnya menangis. Tapi hari ini, Jinan membuat Adira menangis. Itu membuat Javiro sangat marah.

Bugh bugh bugh

Perkelahian tak terelakkan pun terjadi begitu saja. Keduanya saling melempar tinju dengan tatapan ganas, keduanya di selimuti rasa marah. Jinan marah karena Javiro yang tiba-tiba memukulnya. Ia tidak terima, maka dari itu Jinan membalas pukulan Javiro.

BERHENTI!” teriak Adira. Ia berusaha untuk menghentikan pertengkaran yang sedang terjadi. Gadis itu masih menangis, ia takut ketika keduanya saling memukul. Dua-duanya sudah babak belur, saling menatap tajam satu sama lain.

Kalian sadar gak sih ini masih di sekolah?! Ngapain kalian berantem?!” ucap Adira marah. “Lo juga ngapain nonjok Jinan?” ia menatap Javiro dengan tajam.

Dia udah bikin lo nangis! Dia udah bikin lo sakit hati, Adira,” ucap Javiro. “Laki-laki brengsek kayak dia emang cocok dapet pukulan dari gue. Dia gak bisa nepatin janjinya!

Mending dari dulu Adira sama gue aja,” lirih Javiro.

Maksud lo apa, anjing!? Adira punya gue! Dia gak akan pernah jadi milik lo!” seru Jinan marah, ia ingin menyerang Javiro lagi tapi teman-temannya datang dan langsung menahannya.

Edrea, Kamala, dan Adam datang bersamaan. Adam berusaha untuk menenangkan Javiro yang masih terlihat sangat marah. Edrea dan Kamala berdiri di samping Adira.

Ra, aku minta maaf sama kamu. Aku janji bakalan jauhin Nata,” kata Jinan.

Lo gak usah bikin janji kalau gak bisa nepatin,” sahut Javiro.

Lo gak usah ikut campur!” Jinan menatap Javiro dengan sinis.

Ya emang kenapa? Suka-suka gue, lah. Adira sahabat gue. Gue gak terima dong dia di sakiti sama cowok kayak lo!

Anjing lo, Javiro! Maju sini, bangsat!

Keduanya ingin kembali bertengkar, tapi tertahan karena Adira yang berteriak menghentikan mereka berdua.

Jinan, gue capek ya anjing di duain mulu sama Nata. Lo selalu NGIKUTIN semua kemauan dia! Lo gak pernah ada waktu sama gue bahkan satu hari aja gak pernah. Lo selalu dahului Nata daripada gue yang jelas-jelas pacar lo!” Adira berbicara dengan penuh penekanan di setiap katanya. Ia menatap Jinan dengan marah dan kecewa. Tatapan yang belum pernah Jinan lihat sebelumnya. Adira melihat Nata yang berdiri di samping Jinan dengan wajah sok polosnya, “dan lo, Nata! Lo bener-bener cewek gak tau diri yang gue temuin. Lo udah ninggalin Jinan, dan sekarang lo balik lagi buat dapetin Jinan. Lo gak tau malu apa?! Lo gak punya rasa malu?! Lo ngerusak hubungan gue sama Jinan demi ngerebut Jinan dari gue! Selama ini gue diem aja waktu Jinan nyamperin dan nemenin lo mulu. Tapi hari ini, gue udah MUAK! GUE MUAK SAMA KALIAN BERDUA, ANJING!” setelah berteriak demikian, tangisan Adira semakin mengeras.

Nata, lo licik banget. Setelah apa yang lo lakuin tadi, gue harap nanti lo dapet balesan yang melebihi dari yang gue rasakan! Karma exists, bitch!” ucap Adira.

Jinan, aku kecewa banget sama kamu. Aku gak tau kenapa kamu selalu nurut sama Nata, padahal kalau kamu tolak kemauan dia pun gak bakalan ada masalah. Itu cuma ancaman, Jinan! Kenapa kamu bodoh banget?! Kenapa kamu selalu ngeiyain semua yang dia mau?!” Adira menatap Jinan dengan tatapan kecewanya, bahkan Jinan tidak sanggup menatap Adira.

Gue kecewa sama lo!

Gue mau putus sama lo! Kita putus! We’re done.” setelah mengucapkan kalimat tersebut, Adira langsung pergi meninggalkan kerumunan. Meninggalkan Jinan yang menatap punggung Adira dengan tatapan sedihnya, bahkan ia hampir menangis kalau saja Javiro tidak memukulnya lagi.

Rasain kesedihan lo! Itu hadiah yang lo dapetin hari ini!” ucap Javiro lalu pergi menyusul Adira bersama Adam.

Semua orang yang tadinya menyaksikan pertengkaran mereka, satu-persatu mulai pergi. Menyisakan Jinan dan teman-temannya, dan juga Nata yang masih ada di sana.

Gue kecewa sama lo, Ji,” ucap Mahes lalu memukul wajah Jinan dengan tatapan amarahnya. Fyi, Mahes adalah sepupu Adira. Namun mereka tidak terlihat dekat ketika di sekolah. Mereka dekat ketika sedang kumpul keluarga besar. Tidak ada satupun yang mengetahuinya kecuali Jinan dan teman-teman Adira.

Mahes, Ajun, Javas, dan Yoga meninggalkan Jinan sendirian bersama Nata dengan tatapan kecewa mereka pada dirinya.

Jinan, ayo ke UKS. Biar aku obatin,” ucap Nata.

Jinan menyentak lengan Nata yang memegangi lengannya, “gak usah deket-deket gue lagi, anjing! Ini semua gara-gara lo.” Jinan pergi meninggalkan Nata sendirian. Laki-laki itu memegang wajahnya yang memar dan terluka karena pertengkaran tadi. Kini Jinan hanya bisa menyesali semua yang sudah terjadi. It's true, regret always comes at the end.