Wow

TW // bullying , violence , harshwords

Ruang musik milik Ncit School siang itu tampak gelap. Lampu yang berada di sana tidak ia nyalakan sebagai penerangan, ia biarkan gelap menguasai ruangan itu. Dirinya melangkah perlahan-lahan, mendekati piano yang berada di sana. Jari-jemarinya memencet knot piano hingga menghasilkan melodi. Terdengar menyeramkan, namun, baginya terdengar sangat indah. Jari-jemarinya berhenti menekan knot piano ketika mendengar suara pintu terbuka. Ia menegakkan tubuhnya. Tetap diam di sana, sementara langkah kaki perlahan-lahan mendekati dirinya.

Tuk ... Tuk ... Tuk ...

Kemudian ia membalikkan tubuhnya, bibirnya menyeringai. Di hadapannya ada seorang gadis berambut pendek, di tangannya terdapat gelang, ia menundukkan kepalanya.

“Uangku udah habis, nih. Kayaknya gak bakal cukup buat makan siang nanti. Apalagi bentar lagi bel istirahat ke-dua bunyi,” ucapnya. “Seperti biasa, uang kamu kasih ke aku.”

Tangannya terulur untuk memberikan selembar uang dua puluh ribu. Gadis itu mengernyitkan keningnya, “Cuma segini?! Uang kamu, kan, ada banyak. Kenapa cuma segini yang kamu kasih ke aku?!” serunya.

“A–aku cuma punya uang segitu ....”

“Kemarin aku lihat kamu habis belanja barang mahal, loh. Bermerk pula. Yakin, uang kamu cuma segini? Atau kamu nyembunyiin uang kamu, ya?” katanya.

“Kak, berhenti! Uang aku ya uang aku! Aku capek setiap hari harus ngasih uang aku ke kamu. Sampai Mama, Papa aku nanya ke aku, aku dimarahin sama mereka karena selalu ambil uang tabungan aku. Kakak bisa cari uang sendiri. Uang bisa datang kalau kakak mau cari!”

“Kamu pikir cari uang itu gampang?! Pandangan aku di orang-orang itu anak orang kaya! Kamu tau, kan, kalau sebenarnya aku itu kayak gimana? Terus kenapa kamu berani ngelawan gini? Atau kamu emang udah punya orang yang jagain kamu, hah?!” sentaknya. Suaranya terdengar pelan, namun, sangat menyeramkan.

“Nggak gitu, Kak. Sadar, Kak, yang kamu lakuin ini jahat. Kamu nampar aku, mukul aku. Sakit, Kak ....”

“Aku gak bakalan ngelakuin itu kalau kamu mau nurutin aku!” teriaknya. Kemudian ia melangkah mendekat untuk menjambak rambut gadis di depannya, membuat ia merintih kesakitan. Memohon untuk dilepaskan cengkraman tangannya dari rambutnya.

“Aku udah nurutin semua yang kamu mau, aku juga harus bikin Kak Kailee celaka karena kamu!”

“Aku udah kasih balasan yang setimpal buat kamu, apa kamu gak puas?!” teriaknya.

“Lepasin, Kak! Iblis!”

Ia melepaskan cengkeramannya dan mendorong gadis itu sampai tersungkur, kemudian ia berjongkok di dekatnya. “Ingat, ya, gara-gara keluarga kamu, keluarga aku jadi jatuh miskin! Kamu harus ganti rugi hidup aku! Hidup aku sengsara gara-gara kamu. Kamu jahat! Kamu lebih jahat dari aku, ngerti?”

Ceklek

Ia menengokkan kepalanya ketika mendengar suara pintu akan terbuka, dengan cepat ia bersembunyi di balik piano yang bisa menutupi dirinya. Matanya mengintip untuk melihat siapa yang datang. Itu Kailee. Kailee nampak terkejut melihat orang itu tersungkur di lantai, dengan luka di pipinya yang tadi ia lukai secara diam-diam.

“Kenapa bisa kayak gini? Siapa yang lakuin ini semua? Ayo, aku bantu obatin luka kamu,” ucap Kailee. Ia baru saja akan membantu gadis itu berdiri, namun, gadis itu langsung menepisnya.

“Gak perlu, Kak. Aku gapapa, makasih, ya. Aku keluar dulu.”

Kailee mengerutkan keningnya, ia melihat ke sekelilingnya. Memastikan apakah ada orang lain di sini. Namun, Kailee tidak melihat siapa pun. Kailee melangkahkan kakinya, berniat untuk keluar dari ruang musik. Ia berhenti di depan pintu, lalu, kembali melihat ke dalam. Barulah setelah itu Kailee menutup kembali ruang musik.