Yakin?
Aksara segera turun dari mobilnya ketika sudah memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya. Sementara itu, Killa yang mendengar suara mobil—yang ia pastikan milik Aksara—langsung bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah pintu. Killa tersenyum ketika membukakan pintu. Tanpa aba-aba, Aksara langsung memeluknya. Killa membalas pelukannya.
“Mau mandi dulu atau langsung jelasin?” tanya Killa.
“Mandi dulu, ya?” balas Aksara. Kemudian Killa menganggukkan kepalanya. Killa membantu Aksara melepaskan jasnya dan menyiapkan air hangat untuk Aksara mandi.
Kini Aksara dan Killa sedang berada di ruang keluarga, mereka baru saja selesai makan malam. Sekarang keduanya sedang duduk di sofa sambil saling memeluk satu sama lain. Keisha sedang berada di kamarnya. Mungkin kalau Keisha melihatnya, ia akan meledek keduanya.
“Jadi, gimana, Sa? Kamu serius?” tanya Killa setelah keduanya terdiam selama beberapa menit.
Aksara menganggukkan kepalanya, ia mengusap kepala Killa yang berada di dadanya. “Iya, aku serius.”
“Kenapa mendadak banget?” tanya Killa.
“Aku udah kepikiran ini dari lama, aku juga udah nyiapin semuanya dari lama. Cuma aku belum ngasih tau kamu sama keluarga aja,” balas Aksara.
“Sejak kapan?” tanya Killa.
“Satu tahun yang lalu,” balas Aksara dengan entengnya.
Killa langsung mengangkat kepalanya dan menatap Aksara tidak percaya, “dari sebelum kita nikah?!” serunya. Aksara hanya mengangguk sambil terkekeh.
Tidak lama kemudian, Keisha datang dan duduk di sofa yang berada di seberang mereka. Ia mengerutkan keningnya ketika melihat Killa yang menatap Aksara dengan terkejut. Keisha menjadi penasaran. Apa yang dikatakan kakaknya hingga membuat kakak iparnya sangat terkejut.
“Teh Killa kenapa?” tanya Keisha.
“Kei, tanya aja sama aa’ kamu,” balas Killa.
Keisha menatap Aksara, “kenapa, a’?” tanyanya.
“Kita bakalan tinggal di London.”
Ucapan Aksara membuat Keisha membulatkan matanya. Ia menatap Aksara dan Killa bergantian dengan wajah terkejutnya. Ia bahkan menepuk pelan pipinya, memastikan apakah ini mimpi atau bukan.
“Aa’ serius?!” tanya Keisha.
Aksara menganggukkan kepalanya, “serius, lah. Masa bercanda.”
“Terus sekolah aku, gimana? Kuliahnya nanti di mana? Aa’ yang bener aja dong kalau ngomong,” tanya Keisha bertubi-tubi.
“Nggak sekarang, Kei. Kita pindahnya kalau kamu udah lulus SMA. Nanti kamu kuliahnya di sana. Tenang aja, aa’ udah siapin semuanya. Kamu gak perlu mikir nanti kuliahnya di mana. Aa’ udah daftarkan kuliah kamu di sana, aa’ jamin kamu suka deh. Soalnya universitasnya bagus,” jelas Aksara.
“Terus Ayah, gimana?” tanya Keisha.
“Nanti kita ajak Ayah,” balas Aksara.
“Keluarganya Teh Killa juga ikut?” tanya Keisha.
“Yaa, kalau mereka mau ikut. Kalau enggak, ya udah. Ini masih persiapan aja, kok. Belum tahu jadi apa enggak. Kita juga harus dapet persetujuan dari keluarganya Killa,” ucap Aksara.
“Keisha jangan sedih, ya. Ini belum pasti. Nanti kalau enggak jadi, ya kita tetap tinggal di sini. Kalau jadi, ya udah ... Lagian ini keputusan kita bersama,” ucap Killa. Ia berdiri dari duduknya dan merangkul Keisha yang terlihat sedih.
“Aku gak mau ninggalin Bunda sendirian di sini,” gumam Keisha. Perlahan air matanya menetes. Killa langsung menarik Keisha ke dalam pelukannya.
“Maaf, Kei. Aa’ harus kayak gini karena aa’ juga harus jalanin perusahaan yang di sana. Jadi, biar gak bolak-balik terus. Aa’ lebih milih kita pindah sekalian di sana,” ujar Aksara.
“Nanti kalau ada waktu, kita pulang ke sini. Okay?” ucap Aksara yang kini berjongkok di hadapan Keisha.
Keisha hanya menganggukkan kepalanya. Aksara mengusap pelan kepala Keisha, ia menatap Killa yang juga menatapnya. Killa tersenyum dan berkata “gapapa, nanti kita omongin lagi.” tanpa suara. Aksara menganggukkan kepalanya, ia menyuruh Keisha untuk pergi ke kamarnya dan segera tidur karena hari mulai larut malam. Keisha segera pergi ke kamarnya, begitupun dengan Killa dan Aksara.
“Aku takut Keisha gak suka tinggal di sana, Kil,” ucap Aksara.
“Besok kita omongin lagi, ya. Kalau Mama aku setuju, kita bujuk Keisha pelan-pelan. Sekarang kita tidur aja dulu, besok kan kamu harus kerja,” ucap Killa.
“Good night.”
“Good night, Aksa.”