You hurt me, Ji.

Selepas kepergian Jinan yang entah kemana, Adira diam-diam mengikuti Jinan dari belakang. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mengikuti Jinan. Jinan berjalan ke arah taman belakang sekolah, membuat Adira mengerutkan keningnya bingung. Adira berpikir kalau Nata menangis di taman belakang sekolah karena di sana sangat sepi. Adira bersembunyi di balik pohon besar yang ada di sana. Ah, Adira jadi teringat saat Jinan confess padanya, di tempat ini. Adira tersenyum mengingatnya. Tetapi ia langsung melunturkan senyumnya saat melihat Nata yang terlihat senang dengan kedatangan Jinan.

Lo ngapain nyuruh gue ke sini? Katanya lo nangis? Kok kayak orang gak habis nangis, tuh?” tanya Jinan bertubi-tubi.

Nata terkekeh, “aku emang gak nangis, Jinan. Aku cuma pengen kamu nemenin aku di sini.

Jinan mengepalkan tangannya marah, ia sangat marah. “Bangsat! Terus ngapain lo nyuruh gue ke sini dan bilang kalau lo lagi nangis!?

Jinan, kok kamu bentak aku?” ucap Nata dengan nada suaranya yang di buat menyedihkan.

Jinan memalingkan wajahnya, wajahnya memerah karena menahan emosi. Nata mengajak Jinan untuk di duduk di bangku panjang yang ada di belakang mereka. Nata memeluk lengan Jinan dengan sangat manja, padahal Jinan sudah menyuruh Nata untuk melepaskannya. Tapi Nata tidak mau, gadis itu tetap memeluk lengan Jinan. Sedangkan Adira yang melihatnya hanya bisa menahan diri untuk tidak menghampiri kedua insan tersebut.

Nata mengajak Jinan mengobrol, tapi laki-laki itu mendiamkannya. Membuat Nata kesal. Nata terus mengajak Jinan mengobrol agar Jinan mau berbicara dengannya. Tapi tetap saja Jinan mengacuhkannya. Hingga Nata memiliki ide jahat yang terlintas di pikirannya. Nata terlihat tersenyum sebelum menjalankan rencananya. Adira yang melihatnya pun kebingungan karena Nata yang tiba-tiba tersenyum. Hingga akhirnya ....

Eh, Adira!” seru Nata sambil menunjuk ke arah datangnya Jinan tadi.

Jinan langsung menolehkan kepalanya saat Nata menyerukan nama Adira. Tidak ada siapa-siapa, Jinan kepalang emosi karena Nata sudah membohonginya. Jinan menolehkan kepalanya ke arah Nata dan–

Hal yang terjadi selanjutnya membuat Adira sakit hati. Matanya memanas karena melihat pemandangan di depannya, gadis itu menangis tanpa bersuara. Tangisan yang lebih menyesakkan. Adira melihat Jinan yang tidak segera mendorong Nata untuk menjauh atau melakukan apapun, laki-laki itu hanya terdiam.

Adira keluar dari persembunyiannya, ia menangis dengan kencang. Membuat Jinan langsung menjauhkan dirinya dari Nata dan segera menyusul Adira. Nata yang melihatnya pun tersenyum penuh kemenangan.