aireanora

Tampak salah satu meja yang sangat ramai, di sana ada teman-teman Adira dan juga teman-teman Jinan yang sedang mengobrol bersama. Mereka mengobrol sambil menikmati makan siang. Adira juga ikut bergabung dalam obrolan mereka. Tapi tidak dengan Jinan. Laki-laki itu menatap ponselnya dengan marah. Tangannya menggenggam ponselnya dengan erat.

Pesan yang baru ia dapatkan dari orang itu, membuat hatinya seketika panas. Ia merasa marah karena gadis itu yang bersikap sok imut. Dan sekarang gadis itu ada di satu lingkungan sekolah yang sama dengannya. Itu membuat Jinan benar-benar merasa sangat marah dan muak pada gadis itu.

Saat semuanya sedang asik bercanda, Jinan berdiri dan pergi tanpa sepatah kata. Membuat orang-orang yang ada di sana menatapnya bingung. Adira menatap punggung Jinan yang perlahan menjauh dengan tatapan bingung.

Eh, kenapa tuh? Kok Jinan langsung pergi aja? Padahal makanannya belum habis,” ucap Ajun.

Semuanya yang ada di sana terheran-heran dengan sikap Jinan barusan. Adira beranjak dari duduknya dan berniat untuk menyusul Jinan.

Gue nyusul Jinan dulu ya, guys.” Adira pergi dari sana setelah mendapat anggukan dari teman-temannya.

Adira mengikuti Jinan yang melangkahkan kakinya menuju ke taman sekolah. Adira mengernyitkan keningnya saat melihat Jinan duduk di bangku panjang yang ada di sana. Laki-laki itu tampak gusar.

Jinan mengacak-acak rambutnya. Seharusnya ia tadi tidak langsung pergi begitu saja. Pasti teman-temannya bertanya-tanya tentang sikapnya. Jinan mengangkat kepalanya ketika merasa ada seseorang yang mendekatinya. Rupanya itu Adira. Jinan menggeser duduknya, agar Adira bisa duduk di sebelahnya.

Hey, what's wrong with you?” tanya Adira, ia mengusap bahu Jinan.

Jinan menggeleng, “there is not anything.

Jangan bohong, Ji. Aku tau kalau kamu lagi gelisah gini. Sebenarnya ada apa? Kamu kenapa? Kok tadi tiba-tiba pergi gitu aja?” tanya Adira bertubi-tubi.

Aku takut, Ra. Aku takut.” Jinan menatap Adira dengan tatapan sendunya.

Takut kenapa?” tanya Adira bingung.

Aku takut kalau nanti ada orang yang misahin kita dan bikin kamu kehilangan kepercayaan ke aku,” ucap Jinan.

Adira terhenyak. Entah kenapa ia juga merasa takut saat Jinan mengatakan hal itu. Rasanya akan ada sesuatu yang terjadi di antara keduanya. Tapi Adira berusaha menepis semua pikiran buruknya.

Gak bakalan, Ji. You know that I always believed in you?” kata Adira.

Jinan mengangguk. Ia memeluk Adira dengan erat. Menenggelamkan wajahnya di lekuk leher Adira. Adira mengusap punggung Jinan, agar laki-laki itu merasa sedikit tenang.

Adira, apapun yang terjadi nanti, tetep percaya sama aku, ya? Kamu harus janji sama aku buat gak ninggalin aku. Kalau aku ada salah, jangan langsung pergi gitu aja. Tunggu penjelasan dari aku, oke?

Now played Terlukis Indah – Rizky Febian.

Sekarang sudah pukul 8 malam. Killa bingung, kenapa Aksara datang ke rumahnya malam-malam begini. Dengan ragu-ragu, Killa keluar dari kamarnya dan turun ke bawah. Dengan perlahan ia membuka pintu rumahnya. Ternyata benar. Aksara ada di rumahnya. Laki-laki itu memunggunginya. Killa mendekati Aksara dengan perlahan. Aksara membalikkan badannya ketika merasa ada seseorang di belakangnya.

Aksara tersenyum, membuat Killa ikut tersenyum. Sebelumnya Killa tidak pernah melihat senyuman Aksara seperti baru saja. Biasanya laki-laki itu hanya tersenyum tipis. Tapi sekarang, laki-laki itu tersenyum lebar. Entah apa yang terjadi pada Aksara. Killa pun tidak tau.

“Kamu ngapain malem-malem ke sini?” tanya Killa.

“Mau ketemu pacarku,” jawab Aksara.

“Kalau buat berantem lagi, mending kamu pulang aja. Aku gak mau berantem, aku capek,” ucap Killa sambil menghembuskan nafasnya dengan berat.

Aksara menatap Killa dengan tatapan sendunya. Ia tau betul perasaan gadis itu selama ini. Ia juga merasa bersalah pada gadis di depannya. Sekarang ia sudah yakin. Ia sudah yakin pada hatinya dan juga pada dirinya.

“Killa, aku minta maaf buat semuanya. Maaf udah bikin kamu capek, bikin kamu galau terus, bikin kamu nunggu selama ini.” Aksara mengambil tangan Killa untuk di genggamnya.

“Selama ini aku belum yakin sama perasaan aku, tapi aku juga berusaha buat meyakinkan perasaan aku. Aku waktu itu bener-bener bingung, Killa. Aku gak tau perasaan aku ke kamu itu sebenarnya kayak gimana.”

“Terus kenapa kamu nerima aku jadi pacar kamu?” tanya Killa.

Aksara terdiam.

“Kesannya aku kayak cewek murahan yang berani nembak kamu buat pacar aku, tapi kamu gak suka balik ke aku. Kenapa kamu gak nolak, Aksara? Kenapa?” Killa menatap Aksara dengan matanya yang sudah berkaca-kaca. Suaranya serak karena menahan tangis.

“Killa, aku minta maaf. Aku minta maaf sama kamu,” ucap Aksara. “Aku tau aku salah karena udah nerima kamu sebagai pacar aku dengan perasaan aku yang gak sama kayak perasaan kamu.”

“Tapi perlahan-lahan aku sadar, Kil. Kamu baik, kamu cantik, kamu pantas dapetin yang lebih baik dari aku.”

“Tapi rasanya aku gak rela buat putusin kamu gitu aja. Iya, aku egois.”

Killa sudah menangis. Ia tidak sanggup menatap Aksara. Hatinya teriris mendengar perkataan Aksara. Ia ingin marah, ia kecewa. Tapi tidak ada yang bisa ia lakukan. Killa hanya bisa terdiam.

“Killa, aku sadar. Aku suka kamu. Aku cinta sama kamu.”

I'm in love with you, Killa.

“Aksara?” panggil Killa lirih.

Gadis itu menatap Aksara dengan tatapan tidak percayanya. Aksara tersenyum padanya, ia mengusap pipi Killa dengan lembut. Killa bisa merasakan kalau Aksara tulus. Keduanya saling bertatapan selama beberapa saat.

“Sa, aku–”

“Maaf ya, Killa. Maaf aku terlambat. Maaf udah bikin kamu nunggu lama. Sekarang aku bener-bener cinta sama kamu, aku gak mau lepasin kamu, Kil.” Aksara memeluk gadis itu dengan erat. Killa tersenyum di sela-sela pelukan mereka. Aksara juga sama. Keduanya merasakan bahagia yang sesungguhnya. Rasa bahagia yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

“Killa, pada akhirnya aku jatuh cinta sama kamu.”

Orel mengerjapkan matanya ketika merakan sentuhan di pipinya. Di depannya ada Rajendra yang sedang tersenyum padanya, laki-laki itu mengusap pipinya dengan lembut. Orel masih menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Karena tadi ia sempat tertidur saking mengantuknya.

Kajen udah selesai?” tanya Orel.

Rajendra mengangguk, “udah, ayo pulang. Kamu udah ngantuk, kan?

Orel mengangguk. Ia mengambil tasnya dan menyampirkannya ke bahunya. Ia memeluk lengan Rajendra, meletakkan kepalanya di bahu sang kekasih. Langkahnya terasa berat karena ia merasa sangat mengantuk. Rajendra terkekeh, membiarkan sang gadis menggandeng lengannya.

Untung saja Rajendra membawa mobil, jadi ia tidak akan kesusahan membawa Orel yang mungkin akan tidur di perjalanan. Rajendra membukakan pintunya dan menyuruh Orel untuk masuk ke dalam mobil. Gadis itu masuk ke dalam mobil dengan mata yang setengah menutup. Rajendra berlari mengitari mobil dan masuk ke tempat pengemudi.

Rajendra menyalakan sebuah lagu untuk menemaninya berkendara. Ia merasa kesepian karena Orel tertidur. Saat di lampu merah, Orel terbangun dari tidurnya.

Loh, kok bangun?” tanya Rajendra, ia melirik Orel. Tangannya bergerak untuk merapihkan rambut Orel.

Hng, ini dimana?” tanya Orel dengan suara seraknya, suara orang sehabis bangun tidur.

Masih di lampu merah deket sekolah,” jawab Rajendra. “Padahal kalau kamu masih tidur, aku bisa bangunin kamu pas udah sampai rumah nanti.

Aku pengen sosis bakar, kak,” kata Orel.

Rajendra mengernyitkan keningnya, “tiba-tiba?

Orel mengangguk, “gak tau, tiba-tiba pengen aja. Boleh, gak?” ia menatap Rajendra.

Rajendra mengangguk, ia kembali menatap ke depan dan menjalankan mobilnya saat lampu sudah berganti menjadi warna hijau.

Boleh, berarti ini ke alun-alun, ya?” ucap Rajendra.

Iya.


Orel menunggu di dalam mobil, Rajendra sedang memesan sosis bakar untuknya. Padahal tadi Orel meminta untuk ikut turun, tapi Rajendra melarangnya. Katanya nanti ia bisa masuk angin. Akhirnya Orel hanya menunggu di dalam mobil.

Tak berselang lama, Rajendra kembali masuk ke dalam mobil dengan kantung plastik berisikan sosis bakar pesanan Orel. Orel menerimanya dengan senyum yang merekah. Orel langsung melahap sosis bakarnya. Rajendra yang melihatnya pun tersenyum gemas.

Kajen, aaaaa.” Orel menyuruh Rajendra untuk membuka mulutnya. Rajendra menurut, ia membuka mulutnya lalu menggigit sosis bakar yang di berikan Orel.

Makannya pelan-pelan aja, jadi belepotan kayak gini.” Rajendra mengusap ujung bibir Orel dengan ibu jarinya.

Makasih,” kata Orel.

Keduanya terdiam. Orel menikmati sosis bakarnya, sedangkan Rajendra hanya memperhatikan Orel. Orel sudah menyuruh Rajendra untuk ikut makan dengannya, tapi laki-laki itu menolak. Memilih untuk memperhatikan Orel daripada ikut makan sosis bakar.

Kamu kenapa cantik banget, sih?” ucap Rajendra.

Kajen kenapa?” tanya Orel bingung.

Gapapa, kamu cantik banget soalnya.

Kajen gombal mulu!

Aku gak lagi ngegombal.

Terus apa?

Lagu memuji pacarku yang cantik.

Tuh kan!

Beneran deh, ini gak gombal. Kamu beneran cantik, tau! Bunda juga cantik, sih.

Lalu keduanya tertawa. Rajendra menghentikan tawanya, membuat Orel ikut berhenti tertawa. Keduanya saling bertatapan. Rajendra tersenyum, Orel juga ikut tersenyum. Rajendra meraih tangan Orel dan menggenggamnya dengan penuh kasih sayang. Keduanya masih saling bertatapan. Hingga akhirnya Rajendra mencium pipi Orel lalu segera memundurkan tubuhnya, seakan-akan tidak ada yang terjadi.

Orel tampak terkejut, ia mematung selama beberapa detik. Setelah ia tersadar, Orel lalu membuang muka ke jendela. Ia malu. Rajendra terkekeh, ia tau kalau Orel salah tingkah. Rajendra pun menjalankan mobilnya, mengantar Orel pulang.

Adira menghela nafasnya, ia berusaha untuk tidak gugup karena akan bertemu Javiro. Adira membuka pintu balkonnya, ia keluar dan melihat Javiro yang sedang menyender di balkon kamarnya. Kamar keduanya hanya terpisah oleh balkon, sehingga mereka sering melihat bintang bersama di balkon masing-masing.

Javiro tersenyum saat melihat Adira, Adira juga ikut tersenyum. Meski ia merasa suasananya canggung, ia berusaha untuk tetap seperti biasa. Keduanya terdiam, hanya ada suara jangkrik yang terdengar di antara mereka. Adira juga bingung kenapa Javiro mengajaknya mengobrol di balkon.

Dir,” panggil Javiro.

Hm,” sahut Adira.

Javiro membasahi bibirnya sebelum melanjutkan ucapannya, “maaf karena gue udah suka sama lo. Maaf juga karena gue confess ke lo di saat lo pacaran sama Jinan. Gue gak bermaksud buat hubungan kalian renggang, gue cuma mau confess aja. Biar gue lega. Seengaknya lo tau kalau gue suka sama lo.

Adira menatap Javiro, keduanya saling bertatapan. “Gak perlu minta maaf, Jav. Suka sama seseorang itu hak semua orang. Gue juga gak bisa nyalahin lo, karena lo gak salah. Thank you for confessing to me. But you know that I already have a boyfriend, I'm sorry.

Javiro tersenyum, “iya, gue tau kok. Setelah ini jangan canggung, ya? Kayak biasanya aja.

Adira mengangguk, “tapi gue gak janji.

Javiro mengerutkan keningnya, “kenapa?

Gue malu, anjing! Masa sahabat gue suka sama gue,” kata Adira. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Javiro tertawa, “hahaha, lucu banget.

Gak jelas!” sungut Adira.

Masuk sana, Dir. Udaranya dingin,” ujar Javiro.

Tadi katanya di suruh keluar balkon,” ucap Adira.

Ya kan ngobrolnya udah selesai. Sana lo masuk,” ucap Javiro dengan nada mengusir.

Adira berdecak. Ia baru saja akan masuk ke dalam kamarnya, tapi Javiro malah memanggilnya. Membuatnya menghentikan langkahnya.

Nanti gue kasih tau Jinan tentang ini,” kata Javiro.

Jav?!

Javiro mengangguk, “it's okay, Dir. Gapapa. Dia gak bakalan ngapa-ngapain gue.

Tapi, Jav–

Udah sana lo masuk kamar, besok sekolah. Gue masuk dulu deh, ya. Good night, Adira.” Javiro membalikkan badannya dan berjalan masuk ke dalam kamarnya. Ia menutup pintu balkonnya dan menutup tirainya.

Adira masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan campur aduk. Ia takut hubungan pertemanan ia dan Javiro akan renggang. Tapi Javiro bilang kalau mereka harus tetap seperti biasanya, mereka tidak perlu menjadi canggung. Tetapi itu sangat susah, karena sahabatmu baru saja menyatakan perasaannya. Apalagi Adira sudah memiliki Jinan sebagai kekasihnya.

Jinan terkekeh, ia menghampiri kekasihnya yang ada di depannya. Jinan memeluk Adira dan mengusap pipi gadis itu. Adira masih menangis di pelukan Jinan. Gadis itu menangis karena merasa bersalah dengan bercandaannya, ia merasa kalau bercandanya kelewatan. Meski tadi Jinan bilang kalau dirinya juga bercanda saja.

Sssttt, jangan nangis dong. Aku cuma bercanda aja tadi,” ucap Jinan menenangkan.

Adira mengangguk. Wajahnya memerah dan hidungnya juga memerah, membuat Jinan menahan gemas pada dirinya. Jinan merapihkan rambut Adira, ia mengusap pipi Adira dengan lembut. Jinan tersenyum.

Mau pulang? Udah selesai kan makannya?” tanya Jinan.

Maaf,” lirih Adira.

Gapapa, Adiraaa. Aku tadi juga cuma bercanda aja. Gak usah minta maaf, atau nanti aku marah?” ucap Jinan.

Kamu ngeselin, sih! Kenapa jahilin balik, hiks, kan aku takut,” kata Adira. Ia kembali menangis, membuat Jinan kelabakan.

E-eh, takut kenapa? Jangan nangis lagi dong, cup cup cup.” Jinan berusaha untuk menenangkan Adira.

Takut kamu marah,” balas Adira.

Jinan terkekeh, “aku tau kalau kamu cuma bercanda. Makanya aku gak marah. Udah ya, jangan nangis lagi. Kita pulang, yuk?” Adira mengangguk. Keduanya pergi ke parkiran dan masuk ke dalam mobil Jinan.

Di dalam mobil, keduanya hanya diam. Jinan menggenggam erat tangan Adira. Adira masih tidak mau berbicara, padahal Jinan mengajaknya mengobrol.

Ngomong dong, Raaa. Jangan diem aja,” bujuk Jinan. Adira tetap diam.

Hmmm, main tebak-tebakan aja deh. Mau, gak?” tanya Jinan, ia melirik Adira. Ia melihat Adira yang mengangguk, Jinan tersenyum.

Kamu tau gak siapa presenter yang serba bisa?” tanya Jinan.

Adira mengerutkan keningnya, “semuanya juga bisa kali, Ji?

Yang ini beda, Ra. Dia selalu siap, tau gak siapa orangnya?” ucap Jinan. Adira menggeleng pertanda ia tidak tau.

Najwa siap,” kata Jinan.

Adira tertawa, “apaan kok Najwa siap?” tanyanya.

Soalnya dia kalau di suruh pasti jawabnya, ‘siap!’” ujar Jinan, ia terkekeh.

Gak jelassss,” kata Adira. Ia terkekeh karena tebak-tebakan Jinan yang sedikit lucu untuknya.

Emmmm, apalagi yaaa.” Jinan melakukan pose berfikir.

Apa hayoo?” tanya Adira.

Ikan apa yang suka gombal?” tanya Jinan.

Ikan mana bisa ngegombal,” kata Adira.

Adaaa, ikan stop loving you!” seru Jinan, ia tertawa. Membuat Adira ikut tertawa.

Jinan tersenyum melihat Adira yang tertawa karena tebak-tebakannya. Ia bersyukur karena mood Adira perlahan sudah membaik.

Itu mah kamu yang suka gombal!

Aku gak suka gombal, Ra.

Tapi kamu setiap hari suka gombalin aku.

Oh, yaa?

Iyaa!

Itu artinya aku cinta sama kamu.

Mana ada orang ngegombal itu artinya aku cinta kamu?

Aku juga cinta kamu, Adira. Haha.

Dasar gak jelas!

Keduanya tergelak karena obrolan yang sangat random antara keduanya. Adira tertawa sampai ia menangis, Jinan tertawa meski ia harus fokus menyetir. Adira tersenyum, Jinan berhasil membuat moodnya membaik. Adira selalu suka cara Jinan yang selalu bisa membuatnya tertawa. He is the man who makes her happy.

Orel mengerutkan keningnya saat Rajendra menyuruhnya untuk keluar dari mobil. Gadis itu menatap Rajendra dari dalam mobil, laki-laki itu sedang berpegangan pada pembatas jalan sambil menatap langit. Ah, kini keduanya sedang berhenti di pinggir jalan. Karena mereka ingin melihat bintang dari dalam mobil sambil mendengarkan lagu.

Orel memutuskan untuk keluar dari mobil. Ia menghampiri Rajendra. Udara terasa sangat dingin, bahkan Orel yang memakai pakaian hangat pun masih bisa merasakan dinginnya udara yang menerpa wajahnya. Rambut keduanya berterbangan di terpa angin. Keduanya saling diam sambil melihat bintang yang bertebaran di langit.

Bagus gak bintangnya?” tanya Rajendra.

Orel mengangguk, “bagus.

Cantik kan bintangnya? Kayak kamu,” kata Rajendra sambil tersenyum menatap Orel.

Orel menolehkan kepalanya ke Rajendra, “kenapa Kajen nyuruh aku keluar?

Rajendra tersenyum, ia mengambil tangan Orel untuk di genggamnya. Tangan mungil yang sangat pas untuk ia genggam. Rajendra mengusap tangan Orel, menciptakan sensasi hangat pada kedua tangan mereka.

There's no need to be afraid of people's expectations.” Rajendra mengawali pembicaraan mereka setelah beberapa saat hening.

Just be yourself. Karena kamu udah ngelakuin semua hal semampu kamu. Jadi, gak perlu di paksakan untuk memenuhi ekspektasi mereka,” ucap Rajendra.

Berat kan kalau di suruh memenuhi ekspektasi mereka? Dan kamu gak bakalan bisa memenuhi ekspektasi mereka, Orel.

Cukup kamu ngelakuin semampu kamu, sampai batas kamu. Itu udah cukup. Gak perlu di paksakan. Gak baik.

Dengerin yaaa, if you don't get good grades, itu gapapa. Itu artinya usaha kamu ada hasilnya. Meski gak memuaskan buat orang tua kamu atau buat kamu sendiri, tapi itu adalah hasil kerja keras kamu.

Gak perlu merasa takut kalau kamu gak asik sama temen-temen kamu. Mereka gak bakalan milih-milih temen yang cuma asik doang. Mereka temen deket kamu, kan? Everyone has a different way of making friends.

Ada yang berteman dengan anak ansos, dengan anak famous, dengan anak yang kocak, dengan anak yang asik, atau milih menyendiri tanpa berteman dengan siapapun. Tapi, kamu harus percaya sama temen-temen kamu. Kalau mereka tulus berteman dengan kamu. Berteman dengan apa adanya. Kamu gak asik? Oh ya udah. Carlo nyebelin? Oh ya udah. Jie lugu banget? Oh ya udah. Caca bawel banget? Oh ya udah. Saling melengkapi gak sih, Rel?

Kamu jangan suka overthinking kayak gini ya, sayang. Gak baik buat hati dan pikiran kamu. Kasian sama diri kamu. Jangan mikir gitu lagi, oke? Pacarku gak boleh overthinking.

Orel, kalau kamu mau cerita, aku bakalan dengerin semua cerita kamu sampai kamu selesai cerita. Kalau kamu mau marah-marah, mau nangis, mau bahagia, mau seneng, mau sedih, mau ngapain aja, bilang ke aku. Because I will be there for you when you need me.

How am I so lucky to have a boyfriend like you, am I dreaming? I love you so much, kak. Kamu selalu bisa nenangin pikiran aku dan selalu menepis semua overthinking aku. Kok bisa ya Kajen kayak gini ke aku? Keren banget tauuu!!!

Apanya yang keren?

Kajen keren!

Kita keren.

Orel tertawa, “yaa, kita keren. Semua orang keren.

Rajendra tersenyum lalu merapihkan rambut Orel yang berantakan tertiup angin. Ia mengusap pipi Orel dengan lembut.

Lucu banget kamu, gemes.” Rajendra mencubit pelan pipi Orel.

Kalau gak gemes, bukan pacar Kajen dong!

Keduanya tergelak lalu saling berpelukan. Rajendra memeluk Orel dengan erat, ia mengusap rambut panjang sang gadis. Orel menenggelamkan wajahnya di dada bidang Rajendra. Keduanya saling berpelukan di tengah dinginnya udara yang menerpa mereka. Setelah berpelukan cukup lama, Rajendra mengajak Orel untuk pulang karena sudah larut malam.

Sejak Arina meninggalkan dunia untuk selamanya, Asahi menjadi pribadi yang tertutup. Ia hanya berbicara pada orang-orang terdekatnya. Ia menjadi seperti dulu, saat sebelum ia kenal Arina. Kepergian Arina membawa perubahan besar dalam hidupnya. Semua orang tau kalau dirinya sangat terpukul dengan kepergian kekasihnya. Semua orang tau kalau dirinya sangat bersedih. Tapi Asahi tidak bisa memikul semuanya. Ia selalu menangis ketika melihat foto Arina. Ya, laki-laki itu merindukan kekasihnya.

Sekarang Asahi sudah menjadi pengusaha yang sukses. Ia mempunyai perusahaan, ia mempunyai toko parfum yang cabangnya dimana-mana. Asahi sudah sukses. Tapi bagi Asahi, kesuksesannya tidak ada apa-apanya kalau Arina tidak ada di sampingnya.

Asahi ikhlas. Ia sudah mengikhlaskannya sejak lama. Namun ia sangat sulit untuk melupakan Arina. Itu tidak mudah untuknya. Ia selalu merindukan Arina setiap hari. Ia selalu menangis ketika melihat foto Arina. Asahi bahkan pernah tidak tidur semalaman hanya untuk mengunjungi tempat yang pernah mereka datangi. Segila itu. Iya, Asahi pernah segila itu. Lalu ia di marahi sang Bunda dan di tampar oleh realita kalau kekasihnya itu benar-benar sudah tidak ada. Lalu setelah itu, Asahi kembali hidup normal. Seperti dulu.

Asahi melangkahkan kakinya menuju ke salah satu makam, ia membawa satu buket bunga mawar. Ia berjongkok pada salah satu makam dan meletakkan bunganya di atas makam. Setiap hari, Asahi selalu mengunjungi makam Arina dan membawa sebuket bunga. Sampai penjaga makam sangat hafal dengan kegiatan rutin Asahi.

Na, apa kabar?

Udah lama ya, Na? Kamu pergi jauh dari sini dan ninggalin aku.

Are you happy?

Na ... Is heaven beautiful?

Arina, sekarang aku udah jadi orang sukses yang membanggakan Bunda. Aku punya perusahaan, punya toko parfum yang cabangnya dimana-mana ... Tapi semuanya gak ada artinya kalau kamu gak ada di samping aku.

Aku takut, Na.

Dulu setiap kali aku merasa takut sama dunia, pasti kamu bakalan meluk aku dan bilang kalau semuanya bakalan baik-baik aja.

Tapi sekarang udah gak bisa ya, Na? Aku udah gak bisa meluk kamu lagi.

Na, ada banyak hal yang aku lalui setelah kamu pergi. Ada banyak kejadian yang aku alami. Dan juga ada banyak kebahagiaan yang datang ke aku. Aku seneng, Na. Aku bahagia sama semuanya yang sekarang aku punya. Tapi bahagiaku itu kamu? Jadi, gimana? Apa aku tetep harus bahagia tanpa kamu?

Kalau kata kamu, aku harus bahagia dengan atau tanpa kamu. Ya udah, aku bahagia. Meski gak ada kamu. Aku tetap bahagia.

Aku udah gak kurusan, Na. Aku udah agak gendutan. Soalnya Bunda selalu masak banyak, aku makannya lahap.

Kamu jangan khawatir sama aku. Kamu cukup bahagia di sana aja.

Happy birthday my dear, I hope you are happy. I love you always.

Asahi menutup matanya, ia berdoa untuk Arina. 24 Mei adalah ulang tahun Arina. Asahi datang untuk mengucapkan selamat ulang tahun pada Arina. Ia juga mendoakan Arina. Laki-laki itu menangis saat ia berdoa. Hatinya tidak sanggup, ia sangat merindukan Arina. Asahi ingin bertemu Arina dan memeluk gadis itu dengan erat. Dan mengucapkan selamat ulang tahun untuk gadisnya.

Aku pulang, ya? Bahagia selalu, Na. Aku kangen banget sama kamu. And ... Happy birthday, my love.

Reina and Yedam, someone who misses their best friend.

4 tahun kemudian.

Reina dan Yedam sudah menyelesaikan skripsinya. Mereka sudah lulus. Keduanya lulus bersamaan dan wisuda bersama. Reina mendapatkan nilai cumlaude 3,6 dan Yedam 3,7. Keduanya merayakan hari bahagia ini bersama-sama. Meski mereka merasa ada yang kurang, mereka tetap menunjukkan wajah bahagia mereka.

Saat acara wisuda, keduanya saling berfoto bersama, di tengahnya ada foto Arina yang sedang tersenyum. Mereka berhasil. Mereka berhasil lulus bersama dan merayakan wisuda bersama-sama. Setelah acara wisuda tadi, keduanya pergi ke makam Arina. Makam sahabat keduanya. Mereka juga membawa sebuket bunga mawar untuk Arina.

Itu 4 tahun yang lalu. Sekarang, mereka sudah menjadi orang yang sukses. Mereka telah mewujudkan cita-cita mereka dan semua impian mereka. Reina sekarang menjadi desainer yang terkenal. Yedam menjadi CEO di perusahaan Ayahnya dan mempunyai caffe yang terkenal. Keduanya sukses besar. Itu juga karena tekad mereka pada sahabatnya.

Arina, apa kabar? Gue kangen banget sama lo,” ucap Reina sambil berjongkok di samping makam Arina. Di sampingnya ada Yedam yang juga ikut berjongkok.

Gue udah jadi desainer! Gue juga udah punya butik, gue desaign baju-baju bagus, gue juga desaign baju buat kita bertiga. Tapi sekarang yang bisa pake cuma gue sama Yedam. Coba aja lo di sini, pasti lo bakalan suka sama baju yang gue buat!” Reina bercerita dengan bahagianya, ia tersenyum saat menceritakan semuanya.

Jahat banget lo, Na. Katanya kita bakalan wisuda bareng? Tapi lo malah pergi duluan. Gak asik,” ucap Reina.

Gue bosen tauuu gak ada lo. Mana sekarang gue sama Yedam mulu, kan bosen!” keluh Reina.

Heh, harusnya lo bersyukur ya masih ada gue!” sahut Yedam.

“Ih, apaan sih! Gue sih bersyukur, tapi gue bosen tau!*” seru Reina.

Bahkan di saat seperti ini, mereka masih sempat bertengkar.

Na, sekarang gue jadi CEO. Gue juga punya caffe, lumayan terkenal lah. Kayak butiknya si Reina. Kita udah sukses, Na. Lo pasti bangga kan sama kita? Pasti dong. Sahabat lo ini keren banget, Na. Lo harus bahagia di sana!” ujar Yedam.

Sekarang Reina sudah menangis sesenggukan. Ia menangis karena perkataan Yedam dan juga merindukan sahabatnya. Yedam juga ikut menangis, namun tidak sekeras Reina. Ia berusaha untuk tegar dan menenangkan Reina. Yedam mengusap bahu Reina, ia memeluk gadis itu dan berusaha untuk menenangkannya.

Na, kita udah tunangan ... Lo pasti kaget, kan? Gue sama Yedam tunangan. Rencananya tahun depan kita bakalan nikah. Lo harus dateng, ya? Meski gue gak liat lo, tapi lo harus dateng!” ucap Reina sambil tersenyum.

Yedam meletakkan buket bunga mawar di atas makam Arina. Keduanya berpamitan untuk pulang setelah melepas rindu pada sahabatnya.


1 tahun kemudian.

Hari ini adalah hari bahagia untuk Yedam dan Reina. Karena keduanya akan melaksanakan acara sakral. Mereka akan menikah hari ini. Acaranya sangat mewah dan di hadiri oleh banyak orang. Jihoon dan Asahi tentu saja datang. Reina dan Yedam mengundang semua teman-temannya dan kerabat dekatnya.

Keduanya sudah menyiapkan satu kursi kosong di paling depan. Mereka bilang kalau itu adalah untuk sahabatnya yang datang di pernikahannya.

Sekarang keduanya sudah sah setelah mengucapkan janji suci. Keduanya berfoto bersama dengan orang-orang yang datang. Reina menatap ke kursi yang kosong, ia tersenyum simpul. Kalau Arina ada, pasti gadis itu akan mentertawakan dirinya karena menikah dengan Yedam. Yang kalian ketahui, mereka selalu bertengkar. Dan sekarang keduanya sudah sah sebagai suami-istri.

Reina mengedipkan matanya berulang kali. Ia melihat Arina dengan gaun putih, duduk di kursi kosong itu. Arina bertepuk tangan dan tersenyum ke arahnya. Reina tersenyum, ia menitikkan air matanya. Setelah itu, Arina hilang dari pandangannya. Reina terisak, membuat orang-orang menatapnya bingung.

M-maaf, saya cuma kangen sahabat saya.” Itu yang di ucapkan Reina sambil tersenyum.

Liat Arina?” tanya Yedam.

Reina mengangguk, “dia dateng, Dam,” bisiknya.

Yedam tersenyum, ia menggenggam erat tangan Reina. Mengusap punggung tangan istrinya dengan lembut, berusaha untuk menenangkan Reina yang masih terisak.

Hello, bestie. I'm so happy that you came to my wedding. I'm very grateful to you. Now, I want you to rest in peace. I will always remember you, I love you.

Jihoon’s POV.

Pagi ini, tepat pukul 6 pagi, gue udah siap-siap. Pakai baju rapih, setelan kemeja sama celana panjang, dan juga toga yang gue pakai nanti. Gue seneng akhirnya gue bisa nyelesaiin skripsi gue dan akhirnya hari ini gue wisuda. Banyak hal yang gue lalui saat gue ngerjain skripsi. Itu emang gak mudah, tapi gue berusaha buat nyelesaiin skripsinya dan dapet nilai cumlaude.

Selain itu, gue juga mau bikin adek gue. Arina, lo apa kabar di sana? Lo pasti seneng ya udah gak ngerasain sakit lagi? Ini udah 1 tahun sejak kematian lo. Rasanya gue masih merasakan kehadiran lo. Suara ketawa lo, kadang terngiang-ngiang di telinga gue dan bikin gue mencari-cari lo. Padahal gue tau, kalau lo udah gak ada.

Setiap hari berjalan membosankan, nggak kayak dulu. Dulu, masih ada Arina yang bakalan nemenin gue ngobrol. Sekarang udah nggak ada. Ayah sibuk kerja, Bunda sekarang sibuk ngurusin toko kuenya. Ah iya, gue lupa ngasih tau lo ya, Na. Maaf, gue lupa. Bunda sekarang udah buka toko kue. Toko kue yang dulu lo harapin. Lo dulu pengen buka toko kue bareng Bunda, kan? Sekarang Bunda udah buka toko kuenya, Na. Buat lo. Buat kabulin harapan lo.


Author’s POV.

Jihoon berjalan ke arah kerumunan orang-orang yang sedang bertemu keluarganya. Ia berhasil lulus dengan nilai yang memuaskan. Ia mendapatkan nilai cumlaude 3,7. Nilai yang sangat cukup membuat dirinya bangga pada dirinya sendiri. Jihoon tersenyum lebar sembari membawa buket bunga yang di berikan teman-temannya.

Jihoon menghampiri sang Bunda dan Ayah yang menatap dirinya dengan senyum bangga di wajah mereka berdua. Jihoon memeluk keduanya dengan erat. Tidak lupa, Jihoon di beri ucapan selamat dan kecupan manis dari sang Bunda.

Selamat ya, nak. Kamu berhasil!” ucap Bunda.

Jihoon tersenyum, “makasih, Bun.

Sekarang ayo foto-foto dulu,” ajak Ayah.

Mereka bertiga foto bersama. Jihoon berada di tengah, Bunda dan Ayahnya berada di kanan-kirinya. Jihoon tersenyum ke arah kamera. Ia harus tersenyum, meski ia ingin menangis sekarang. Ia teringat janji adiknya yang akan menemaninya saat wisuda nanti. Tapi adiknya malah meninggalkannya terlebih dahulu.

Dek, kakak udah lulus. Kakak juga dapet nilai yang bagus. Lo bangga kan sama gue? Lo seneng, kan? Dek, dulu gue berharap kalau saat ini tiba, kita bisa foto bareng. Bahkan saat nanti lo wisuda. Tapi ternyata enggak bisa. Arina, how can I explain to the world that I miss my sister.

Setelah berfoto dengan orang tuanya, Jihoon berfoto-foto dengan teman-temannya. Jihoon dan teman-temannya mengambil banyak foto untuk di jadikan sebagai kenangan.

Selesai berfoto, Jihoon berencana akan mengunjungi makam adiknya. Ia pergi sendirian, membawa bunga mawar. Bunga yang di sukai adiknya. Ayah dan Bunda sudah berkunjung sebelum pergi ke acara wisuda Jihoon. Dan sekarang giliran Jihoon.

Ia berjongkok di samping makam sang adik, ia mengusap nisannya dengan tangan yang bergetar. Matanya sudah memanas, matanya sudah berkaca-kaca, seolah-olah air bening dari matanya sudah siap meluncur kapanpun. Akhirnya Jihoon terisak. Ia menangis di samping makam sang adik. Jihoon sangat merindukan adiknya. Adik kesayangannya, kini pergi jauh darinya. Membuatnya sangat terpukul.

Dek, katanya lo mau nemenin gue pas wisuda. Kenapa lo pergi? Lo bohong.

Gue udah ikhlas sama kepergian lo. Tapi gue kangen banget sama lo, dek. Apa lo gak bisa mampir ke mimpi gue? Setidaknya buat meluk gue dan ucapin selamat ke gue, dek. Gue kangen ...

Jihoon mengusap matanya, ia menatap batu nisan sang adik dengan tatapan sendu. Cukup lama Jihoon berdiam diri tanpa bicara sepatah kata pun. Ia akhirnya berdiri saat langit sudah mulai mendung, ia tidak mau kehujanan dan membuat orang tuanya khawatir. Tapi ia masih ingin menemani adiknya. Akhirnya Jihoon memilih untuk pulang.

Bunga mawarnya buat lo. Gue pulang dulu ya, dek. Nanti jangan lupa mampir ke mimpi gue. Dadaahh!

Netranya tidak sengaja menangkap bayangan di bawah pohon yang sangat mirip dengan adiknya. Arina tersenyum ke arahnya, ia juga menangis. Jihoon tersenyum lalu pergi dari area pemakaman.

Orel langsung bersiap-siap ketika Rajendra akan datang ke rumahnya. Ia mengambil jaketnya yang tergantung di belakang pintu kamarnya. Ia hanya memakai piyama bergambar unicorn. Tidak lupa ia menyemprotkan parfum agar wangi. Orel mengikat rambutnya, lalu mengambil ponselnya dan turun ke bawah.

Mau kemana?” tanya Manuel yang sedang berkutat dengan laptopnya di ruang keluarga.

Mau night drive sama kak Rajendra,” jawab Orel. “Ayah sama Bunda mana?

Lagi keluar cari martabak, nanti pulangnya jangan kemaleman,” ucap Manu tanpa menoleh.

Orel hanya mengangguk. Ia keluar dari rumah ketika mendengar suara klakson mobil, sudah ia pastikan kalau itu adalah Rajendra.

Orel tersenyum saat masuk ke dalam mobil Rajendra. Rajendra juga ikut tersenyum. Laki-laki itu hanya memakai celana pendek selutut dan juga kaos.

Kamu beneran lucu kayak bayi, pake piyama gambar unicorn,” kata Rajendra sambil menyetir mobilnya.

Ish, Kajen! Aku bukan bayi!” seru Orel.

Rajendra terkekeh, “setel lagu sana, biar gak hening banget.

Orel mengangguk. Ia sedang memilih lagu yang akan di putar. Setelah menemukannya, Rajendra dan Orel fokus mendengarkan lagunya. Keduanya sesekali ikut bernyanyi. Tangan keduanya yang saling bertautan ikut di goyangkan sesuai irama lagu yang di putar.

Mau deeptalk, gak?” tanya Rajendra.

Udah lama gak deeptalk, ya? Boleh deh,” ucap Orel.

Emmm, apa yaaa.” Rajendra mengetukkan jari-jarinya di setir. “How's your life sejauh ini?

Baik aja, sih. Kayak biasanya. Soalnya kan ada kak Rajendra yang selalu nemenin aku. Tapi yaaa, I'm always worried about something,” balas Orel.

Rajendra menoleh ke arah Orel, “kenapa?

Aku takut ke depannya aku bakalan bisa banggain Ayah sama Bunda atau enggak, aku takut nanti gak bisa kasih sesuatu yang bisa banggain mereka. Aku takut,” lirih Orel.

Hey, listen to me. Kamu bisa kok, Orel. Selagi kamu mau belajar dan mau berusaha, kamu pasti bisa dapet nilai terbaik dan bisa banggain orang tua kamu. Lagipula, Ayah sama Bunda kamu kan pernah bilang kalau kamu gak perlu dapet nilai yang tinggi, yang penting nilai kamu bagus. If you can't, there's still me who can help you.” Rajendra mengusap punggung tangan Orel yang di genggamnya. Ia berusaha membuat kekasihnya untuk tetap tenang.

What if I can't?

Trust me, you can do it.

Orel tersenyum, ia menatap keluar jendela. Pemandangan di luar sana membuat dirinya melupakan sejenak semua masalah yang ia hadapi, apalagi sekarang ada Rajendra di sampingnya. Orel selalu bisa mengalihkan semua masalahnya ketika ia sedang bersama seseorang yang sangat penting dalam hidupnya. Ia bisa melupakannya, lalu mengingatnya lagi ketika sedang sendirian.

Sebenarnya banyak hal yang membuat Orel terusik. Meski ia berusaha menepis semua hal negatif yang selalu menjadi beban pikirannya, tapi ia selalu memikirkannya setiap kali ia tidak bisa tertidur. Dan berakhir ia tidur saat subuh karena terlalu memikirkannya.

Kajen,” panggil Orel.

Hm?

Aku cocok gak sih sama kamu? Aku pantes gak sih jadi pacar kamu?

Aku tau ada banyak orang yang dukung hubungan kita, tapi aku takut. Aku takut kalau ada orang yang gak suka sama hubungan kita,” ucap Orel dengan suara pelan. Ia mengucapkannya dengan hati-hati agar Rajendra tidak marah padanya.

Setiap orang pasti ada yang suka atau gak suka dengan hubungan yang kita jalani. Tapi buat apa kita ngurusin itu? Lebih baik kita fokus ke hubungan kita aja. Gak usah terlalu di pikirin, jangan kebanyakan overthinking,” ujar Rajendra. “If you know, you are more than enough for me.

Kajen ...” Orel malah menangis mendengar perkataan Rajendra.

Rajendra langsung kelabakan, ia meminggirkan mobilnya di pinggir jalan. Ia menoleh ke Orel yang sedang menangis, Rajendra langsung memeluk Orel. Ia mengusap rambut sang gadis dan menepuk punggung Orel untuk menenangkannya.

Ssttt, jangan nangis dong. Kenapa malah nangis?” tanya Rajendra.

K-kamu baik banget, huaaaa. Aku gak pantes buat kamu, huhuhu.” Orel malah tambah menangis.

Rajendra terkekeh, “lucu banget kamu kalau lagi nangis.

Kajen!” seru Orel. Gadis itu menenggelamkan kepalanya di dada Rajendra.

Cup cup cup, jangan nangis dong. Nanti mukanya jelek,” kata Rajendra.

Kajen ngeselin!

Bercanda aja. Jangan nangis, ya?

Keduanya berpelukan cukup lama. Orel menangis cukup lama sampai-sampai membuat kaos Rajendra basah karena air matanya. Orel melepaskan pelukannya, matanya sembab karena menangis. Rajendra tertawa karena melihat muka Orel yang memerah dengan hidung yang ikut memerah. Rajendra mengusap pipi Orel, berniat untuk mengusap air mata Orel.

Maaf, bajunya jadi basah,” lirih Orel.

Gapapa, jangan nangis lagi. Nanti aku ikutan nangis,” kata Rajendra.

Rajendra mengambil kedua tangan Orel lalu menggenggamnya, ia menatap Orel dengan bibirnya yang membentuk sebuah senyuman.

Orellana, dengerin aku, ya? Kamu gak perlu dengerin kata-kata orang yang jelek-jelekin hubungan kita, kamu cuma perlu tutup telinga. Kamu gak perlu dengerin omongan jahat dari mereka. Jangan terlalu di pikirin, jangan banyak overthinking. Kamu fokus aja sama hubungan kita. Orang-orang kan gak tau dengan hubungan yang kita jalani. Jangan nangis, ya? Mata kamu sembab tuh.

Kalau kamu ada banyak pikiran, ada hal yang pengen kamu ceritain, kamu bisa cerita ke aku. Kamu bisa hubungin aku kapanpun kamu butuh aku. Karena aku bakalan selalu datang ke kamu dan dengerin semua cerita kamu. I can hear everything if you tell me. Jangan di pendem sendirian, ya?

If you need a hug, I will hug you.

Please don't cry anymore, I love you so much. Everyone does not need to interfere in our relationship. Because this is our relationship, just the two of us.